KOMANG PASEK ANTARA

Selasa, 25 Februari 2014

Kisah Pilu Warga Karang Sokong



~ Ratusan Warganya Meninggal Dihantam Lahar Gunung Agung
~ H. Djidji Saleh Lolos dari Petaka

            Kisal pilu dari soerang Bapak H. Djidji Saleh yang sudah berusia 3 tahun ketika bercerita tentang tragedi kalabu 39 tahun lalu, rumah beserta seluruh kanpung yang dia alami sekarang di Karang Sokong dilanda amuk lahar letusan Gunung Agung tahun 1963. Ratusan keluarga/kerabat dekatnya di Karang sokong meninggal diseret lahat panas. Sementara H. Djidji beserta istri Hj. Maimunah dan anak-anaknya lolos dari petaka maut itu. Mereka cepat mengambil tindakan mengungsi ke Lombok lima hari sebelum Gunung Agung meledak.
            Cerita duka dan menyayat kalbu terhadap warga Muslim Karang Sokong, sekitar 145 orang kebanyakan anak-anak mati terseret lahar. Kedatangannya di Masjid untuk berlindung dari gempuran lahar. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Menurut H. Djidji ayah dari delapan putra itu, waktu itu karena ada seruan dari pemerintah bahwa masyarakat harus menjauhi aliran sungai minimal 500 meter. Masjid Almikhlisin Karang Sokong yang berada di tengah pemukiman menjadi saksi bisu kekerasan alam, kini sedang diadakan perbaikan.
            Rasa haru dan sedih menyelimuti H. Djidji beserta warganya yang selamat dari badai ketika kembali dari pengungsian menatap malapetaka itu. Canda ria kerabat dan keluarga waktu itu tak lagi mereka rasakan “Tuhan telah memanggilnya”. Wilayah Karang Sokong dan sekitarnya tertimbun lahar sekitar 4-5 meter.
            H. Djidji dan kerabat/kluarga Karang Sokong tak lama meratapi kesedihan itu dengan derai air mata, justru sebaliknya dengan derai keringat membasahi badan bahu-membahu sokong-menyokong membangun tempat tinggalnya kembali yang luluh lantah, batu besar berserakan dimana-mana. Batas kepemilikan tanah warga pelan-pelan dapat di ingat kembali. Dan Karang Sokong pun pelan-pelan hidup kembali seperti sekarang, siap bersaing dalam percaturan ekonomi global, tentu berjuang di terminal baru.
            Bapak H. Djidji Saleh mantan anggota DPRD dua kali periode yang juga tokoh disegani oleh warganya, mengharapkan kepada warganya untuk tidak menjual tanah meskipun harga tanah melambung karna pengaruh terminal, bila tidak mampu memanfaatkan uang hasil penjualan akibatnya fatal.
Feature ini pernah dimuat di Tabloid ”Gapura”, Edisi XV Desember 2002

1 Komentar:

Pada 22 November 2019 pukul 07.00 , Blogger Unknown mengatakan...

Terima kasih Bapak Antara untuk tulisan terkait almarhum org tua kami

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda