KOMANG PASEK ANTARA

Selasa, 25 Februari 2014

KESENIAN CAKEPUNG DI CIPTAKAN DI LOMBOK



Oleh I Komang Pasek Antara
         
CAKEPUNG adalah suatu bentuk seni pertunjukan rakyat, hanya ada di Karangasem dan Lombok Barat saja. Di dalamnya terkandung nilai – nilai sosial yakni hiburan, informatif dan pendidikan. Termasuk unsur seni yang cukup lengkap karena memiliki aspek – aspek seni tari , dialog, sastra dan  musik. Pemainnya dari kalangan tua – muda 10 – 15 orang. Duduk bersila melingkar atau membentuk huruf  U, kostum yang dikenakannya belum ada pedoman yang pasti, tergantungsekeha (perkumpulan) itu sendiri, mengingat di Karangasem ada beberapa sekeha. Ada yang mengenakan baju atau sebaliknya, tetapi tetap mengenakan kain dan destar serta hiasan lainnya.
Irama lagu cakepung pada mulanya seua terdiri atas tiruan bunyi alat – alat gamelan tradisional yang disuarakan melalui mulut para pemainnya seperti: kendang, ricik, petuk, dan gong. Dan bahkan disertai dengan meminum minuman tuak untuk lebih memanaskan suasana permainan. Mengingat seni ini harus dimainkan penuh semangat seperti tari cak. Kelahiran seni ini spontanitas dari pendukung/penciptanya pada suasana bersenang–senang sambil minum tuak.
Selanjutnya perkembangan cakepung di Karangasem telah diberikan ilustrasi dengan iringan irama musik di tradisional lainnya seperti seruling dan rebab. Bahkan sekeha cakepung Galang Kangin bermarkas di Batanhaa,Amlapura. Mengemasnya lagi dengan iringan seperangkat musik penting (baca ”penting” seni Musik Langka di Bali). Sedangkan adanya tempat minuman tuak berupa waluh dan cekel pada pertunjukkan cakepung dihadapan penonton hanya lah simbol saja dari suasana suka ria seperti pada embrionya. Kurang etis kalau pertunjukkan itu disertai minum – minuman tuak yang mengakibatkan mabuk.
Umumnya sekeha – sekeha cakepung di Karangasem, pertunjukkannya dimulai dari memperdengarkan suara seruling sebagai pengambil nada awal, yang kemudian diikuti oleh juru tembang melagukan tembang pendahuluan dari lontar yang dibaca. Pada akhir tembang semua pemain mengikuti suku–suku terakhir dari tembang tersebut yang disebut nyokong. Setelah diadakan pembacaan satu bait dari pupuh tersebut , mulailah diperagakan cakepung. Lontar yang dibaca tersebut, salah seorang diantaranya sebagai penerjemah ke dalam bahasa Bali populer. Terjemahan tersebut perlu dilakukan, karena lontar itu berbahasa Sasak, dengan ceritera yang diambil dari lontar monyeh (ceritera panji), disamping itu pula konsumsi penonton lebih banyak masyarakat Bali.

SEJARAH
Tentang istilah nama kesenian ini selain cakepung banyak yang memberikan nama lain, seperti cakepung/cepung. Cakepung berasal dari kata cakep dan pung. Cakep atau cakup artinya bersatu. Yang dimaksud adalah keharmonisan dalam tabuh dan irama. Sedangkan pung berarti tiruan dari suara gong. Cakepung,nama ini diduga dari suara yang dominan yaitu cek dan pung. Sedangkan cepung berasal dari kata encep dan pung. Encep berarti perpaduan dari pada tabuh, irama, dan tari yang harmonis dan rapi. Serta pung berarti tiruan suara gong. Jadi cepung artinya, irama, tabuh, dan tari yang berakhir dengan rapi (Naskah Sarasehan Karya Wiata Budaya Kowilhan II).
Mengenai sejarah kesenian ini, menurut beberapa kalangan seni masyarakat di Karangasem seperti Gusti Bagus Jaya (42), seniman lontar yang juga pemain cakepung mengatakan cakepung di ciptakan di lombok oleh orang – orang Bali. Kemudian disebarkan ke Bali. Hal itu, disamping di dasari oleh lontar monyeh yang dibaca dalam pertunjukan cakepung, juga menyeberangnya Kerajaan Karangasem ke Lombok pada abad ke – 17. menurut Nengah Rangki, seniman asal Lombok cekepung Karangasem dan Lombok tidak Jauh berbeda. Hal itu, ia dapat dilihat sewaktu pernah tampil sama – sama di TMII Jakarta th. 1980. waktu itu ckepung Karangasem yang tampil diwakili Wayan Darmi dkk.
Kini sakahe cakepung di Karangasem terus dikembangkan, dan sering tampil pada pesta Kesenian Bali seperti sekeha di Budakeling. Bahkan salah satu sekeha yang ada di Amlapura yaitu Galang Kangin, yang bermarkas di Batanhaa, pimpinan Gusti Bagus Jaya, dijadikan konsumsi tetap untuk wisatawan mancanegara di Candidasa dan Puri Karangasem (bekas Istana Raja Karangasem). Demikian pula beberapa tahun lalu, pernah pejabat Pemda TK. II Karangasem ikut terjun langsung sebagai artis cakepung.
Feature ini pernah dimuat di Mingguan”Prima”, 13 Mei 1994, hal. 2

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda