KESENIAN CAKEPUNG DI CIPTAKAN DI LOMBOK
Oleh I Komang Pasek Antara
CAKEPUNG adalah suatu bentuk seni pertunjukan
rakyat, hanya ada di Karangasem dan Lombok Barat saja. Di dalamnya terkandung
nilai – nilai sosial yakni hiburan, informatif dan pendidikan. Termasuk unsur
seni yang cukup lengkap karena memiliki aspek – aspek seni tari , dialog,
sastra dan musik. Pemainnya dari
kalangan tua – muda 10 – 15 orang. Duduk bersila melingkar atau membentuk huruf
U, kostum yang dikenakannya belum ada
pedoman yang pasti, tergantungsekeha (perkumpulan) itu sendiri, mengingat di
Karangasem ada beberapa sekeha. Ada yang mengenakan baju atau sebaliknya,
tetapi tetap mengenakan kain dan destar serta hiasan lainnya.
Irama lagu cakepung pada mulanya seua terdiri atas
tiruan bunyi alat – alat gamelan tradisional yang disuarakan melalui mulut para
pemainnya seperti: kendang, ricik, petuk, dan gong. Dan bahkan disertai dengan
meminum minuman tuak untuk lebih memanaskan suasana permainan. Mengingat seni ini harus dimainkan penuh
semangat seperti tari cak. Kelahiran seni ini spontanitas dari pendukung/penciptanya
pada suasana bersenang–senang sambil minum tuak.
Selanjutnya perkembangan cakepung di Karangasem
telah diberikan ilustrasi dengan iringan irama musik di tradisional lainnya
seperti seruling dan rebab. Bahkan sekeha cakepung Galang Kangin bermarkas di
Batanhaa,Amlapura. Mengemasnya lagi dengan iringan seperangkat musik penting (baca
”penting” seni Musik Langka di Bali). Sedangkan adanya tempat minuman tuak
berupa waluh dan cekel pada pertunjukkan cakepung dihadapan penonton hanya lah
simbol saja dari suasana suka ria seperti pada embrionya. Kurang etis kalau
pertunjukkan itu disertai minum – minuman tuak yang mengakibatkan mabuk.
Umumnya sekeha – sekeha cakepung di Karangasem,
pertunjukkannya dimulai dari memperdengarkan suara seruling sebagai pengambil
nada awal, yang kemudian diikuti oleh juru tembang melagukan tembang
pendahuluan dari lontar yang dibaca. Pada akhir tembang semua pemain mengikuti
suku–suku terakhir dari tembang tersebut yang disebut nyokong. Setelah diadakan
pembacaan satu bait dari pupuh tersebut , mulailah diperagakan cakepung. Lontar
yang dibaca tersebut, salah seorang diantaranya sebagai penerjemah ke dalam
bahasa Bali populer. Terjemahan tersebut perlu dilakukan, karena lontar itu
berbahasa Sasak, dengan ceritera yang diambil dari lontar monyeh (ceritera
panji), disamping itu pula konsumsi penonton lebih banyak masyarakat Bali.
SEJARAH
Tentang istilah nama kesenian ini selain cakepung
banyak yang memberikan nama lain, seperti cakepung/cepung. Cakepung berasal
dari kata cakep dan pung. Cakep atau cakup artinya bersatu. Yang dimaksud
adalah keharmonisan dalam tabuh dan irama. Sedangkan pung berarti tiruan dari
suara gong. Cakepung,nama ini diduga dari suara yang dominan yaitu cek dan
pung. Sedangkan cepung berasal dari kata encep dan pung. Encep berarti perpaduan dari pada tabuh, irama, dan
tari yang harmonis dan rapi. Serta pung berarti tiruan suara gong. Jadi cepung artinya, irama, tabuh,
dan tari yang berakhir dengan rapi (Naskah Sarasehan Karya Wiata Budaya
Kowilhan II).
Mengenai sejarah kesenian ini, menurut beberapa
kalangan seni masyarakat di Karangasem seperti Gusti Bagus Jaya (42), seniman
lontar yang juga pemain cakepung mengatakan cakepung di ciptakan di lombok oleh
orang – orang Bali. Kemudian disebarkan ke Bali. Hal itu, disamping di dasari
oleh lontar monyeh yang dibaca dalam pertunjukan cakepung, juga menyeberangnya
Kerajaan Karangasem ke Lombok pada abad ke – 17. menurut Nengah Rangki, seniman
asal Lombok cekepung Karangasem dan Lombok tidak Jauh berbeda. Hal itu, ia
dapat dilihat sewaktu pernah tampil sama – sama di TMII Jakarta th. 1980. waktu
itu ckepung Karangasem yang tampil diwakili Wayan Darmi dkk.
Kini sakahe cakepung di Karangasem terus dikembangkan,
dan sering tampil pada pesta Kesenian Bali seperti sekeha di Budakeling. Bahkan
salah satu sekeha yang ada di Amlapura yaitu Galang Kangin, yang bermarkas di Batanhaa,
pimpinan Gusti Bagus Jaya, dijadikan konsumsi tetap untuk wisatawan mancanegara
di Candidasa dan Puri Karangasem (bekas Istana Raja Karangasem). Demikian pula
beberapa tahun lalu, pernah pejabat Pemda TK. II Karangasem ikut terjun
langsung sebagai artis cakepung.
Feature
ini pernah dimuat di Mingguan”Prima”, 13 Mei 1994, hal. 2
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda