KOMANG PASEK ANTARA

Senin, 08 Juni 2020

“Pojok Literasi Karangasem” Melihat Karangasem di Perpustakaan


Oleh I Komang Pasek Antara

            Masih rendahnya tingkat minat baca masyarakat Indonesia, menjadi tantangan sekaligus peluang dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagai upaya telah dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat tergerak dan tertarik untuk membaca atau berliterasi.
Misal, di lembaga-lembaga pendidikan sekolah sebagai sentranya literasi, berupaya terus meningkatkan budaya baca, diantaranya Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kini, juga di tempat-tempat areal publik, tempat keramaian, seperti perkantoran, mall, swalayan dan lain-lain disediakan “Pojok Baca” (PB). Dengan harapan,  masyarakat yang datang ke areal tersebut, sembari istirahat menunggu sesuatu atau sedang antre, dapat mengisi waktunya dengan membaca memanfaatkan PB.  
Di negera-negara tingkat budaya baca masyarakatnya tinggi, setiap kesempatan digunakan “tiada hari tanpa membaca”. Kini, di Indonesia, PB atau pasilitas baca, sudah mulai digencarkan ada di tempat-tempat mobile, misal, di sarana transportasi masyarakat, bus, kereta api, becak. mikrolet dan lainnya.
Di tempat lain mungkin banyak ada PB  yang unik dan menarik. Penulis belum lama ini, menemukan di salahsatu satuan pendidikan di Kota Amlapura, tepatnya SDN 5 Karangasem, membuat inovasi kecil-kecilan untuk merangsang minat baca siswanya, diberi nama Gerobak Literasi (GL). Wujudnya, sederhana, dibuat gerobak dari bahan kayu sedikit hiasan asesori, seperti gerobak pedagang kaki lima pada umunya. Gerobak tersebut berisi beraneka koleksi buku, dipajang di halaman sekolah, dan dapat dipindah-pindahkan di sekitar halaman sekolah dimana para anak didik sering berkerumun saat istirahat usai pelajaran sekolah. GL sebagai alternatif bagi anak didik yang belum sempat mengunjungi perpustakaan. Bagi anak, tentu sangat menyenangkan memanfaatkan GL, anak membaca sedikit santai membaca buku sembari bermain. Hasilnya mendapat apresiasi siswa. 
Kembali soal literasi, ada hal yang menarik, tercetus ide gagasan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispustaka) Karangasem, Drs. I Wayan Astika, MSi. Terinspirasi dari gelaran tahunan aktivitas oleh Dispustaka pada Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Bahasa dan Sastra, bulan September -Oktober 2019 lalu.
Banyak rencana proses pendidrian ide menariik itu dari Astika dapat penulis rekam, yaitu membuat pojok baca yang diberi nama Pojok Literasi Karangasem (PLK) akan ditempatkan di sekitar ruangan layanan Perpustakaan Umum, Dispustaka Karangasem.
Nantinya, wujud PLK, kontennya tentang potensi khusus kekayaan produk Kabupaten Karangasem yang tertuang dalam bentuk karya cetak dan karya rekam, meliputi, buku, naskah lontar, rekaman/audio visual sesuai dengan tugas pokok dan fungsi perpustakaan.
Potensi Kabupaten Karangasem yang dimaksud meliputi, aktivitas seni-budaya, sastra, profil seniman-budayawan, ritual, politik, historis, ekonomi, lingkungan alam, obyek wisata dan potensi lainnya. Dikumpulkan menjadi satu dipajang untuk dapat diakses oleh pemustaka dan masyarakat lainnya. Karangasem dikenal banyak memiliki aktivitas seni budaya unik menarik, obyek wisata, berbagai peristiwa monumental pernah terjadi di belahan Karangasem sejarah zaman kerajaan Karangasem, peristiwa sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, peristiwa alam letusan Gunung Agung, dan lainnya yang telah ditulis dalam buku dan rekamn visual. Namun, belum terkumpul menjadi satu wadah/media. Nantinya, PLK dapat menghimpun tulisan-tulisan atau rekaman visual  tentang Karangasem yang dapat diakses publik.
Tujuan PLK memberi akses kepada pemustaka dan masyarakat luas untuk mengetahui informasi awal gambaran potensi Karangasem hanya dalam bentuk tulisan dan rekaman. Tentu untuk mengetahui detailnya lebih jauh, dapat langsung ke lokasi tempat potensi. Artinya, PLK dapat “melihat Karangasem di Perpustakaan Karangasem”. Diharapkan PLK menjadi nilai plus bagi sebuah perpustakaan mendapat kunjungan pemustaka lebih meningkat lagi. Demikian halnya, bagi para peneliti akademisi dan perencana kebijakan pembangunan, PLK dapat dijadikan refrensi awal bagi pengambil kebijakan.
Untuk mewujudkan PLK, Dispustaka Karangasem saat ini sudah mulai “memburu” karya cetak dan karya rekam konten Karangasem untuk dijadikan koleksi PLK. Salahsatu karya rekam adiluhung dimiliki Dispustaka Karangasem, arsip film dokumenter ritual upacara eka dasa ludra yang digelar 100 tahun sekali di Pura Besakih, Karangasem tahun 1979 lalu. Rekaman aslinya dalam bentuk film tiga rol, kemudian tahun 2015 lalu Dispustaka Karangasem telah mengalihmediakannya kedalam bentuk compact disc.
Dispustaka sudah banyak mendapatkan karya cetakan buku yang akan menjadi koleksi PLK, diperoleh dari koleksi milik Dispustaka Karangasem. Juga sumbangan dari berbagai pihak diantaranya pegiat literasi Karangasem yang tergabung organisasi Komunitas Literasi Karangasem, Museum Naskah Lontar Desa Penaban, Karangasaem, lembaga pemerintah/swasta dan penulis-penulis lainnya. Awal Desember 2019 lalu, beberapa buku tentang Karangasem sudah didapatkan di Badan Pelestarian Nilai Budaya Bali, Kemendikbud RI di Desa Dalung, Kuta, Badung, hasil penelitian/terbitan lembaga tersebut.
Dispustaka Karangasem dan semua pihak, diawal merelaisasikan gagasan tentu berharap berkenan menyumbangkan sukarela atau pinjamkan karya cetak dan rekam dijadikan koleksi PLK. Anggaran yang dikelola Dispustaka Karangasem belum cukup pengadaan koleksi baru. Kedepan, apabila koleksi tentang Karangasem banyak dimiliki, bukan tidak mungkin berdiri perpustakaan yang khusus koleksinya konten Kabupaten Karangasem, semoga!
Penulis, pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Karangasem

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda