KOMANG PASEK ANTARA

Senin, 15 Juli 2019

Sekolah Alam, Bersinergi dengan Alam sebagai Sumber Belajar






Penulis, I Komang Pasek Antara

            Sekolah yang satu ini memang lain dibandingkan sekolah pada umumnya. Betapa tidak, begitu Tokoh mulai melangkahkan kaki memasuki halaman sekolah. Suasana alamiah dan nyaman terasa sekali menggambarkan lembaga pendidikan anak ini.  Pepohonan rindang menghias halaman dan sesekali terdengar kicauan burung-burung liar berterbangan diantara ranting pepohonan. Tokoh disambut ramah oleh dua orang guru wanita muda yang sedang mengajar, yang di lingkungan sekolahnya mereka biasa disapa dengan Teacher Yuli dan Teacher Eka.
             Berbincang dengan kepala sekolah yang juga pemilik lembaga, Ni Putu Suri Darmayanti, atau yang lebih dikenal dengan Teacher Sarita, ibu muda kelahiran Amlapura, mengatakan, Cempaka Kids ini khusus untuk kelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu dan Tempat Penitipan Anak.
            Predikat identitas Sekolah Alam ini sangat melekat karena salahsatu misi sekolahnya “menggunakan alam dan potensi lokal sebagai sumber belajar”. Sekolahnya didukung suasana lingkungan alam pedesaan dengan berbagai macam tetumbuhan pohon. Lokasinya di pinggiran bagian utara Kota Amlapura, dekat Jalan Veteran atau yang lebih dikenal dengan nama jalur sebelas, tepatnya di Gang Merpati No. 1, Lingkungan Dukuh, Kelurahan Padangkerta, Karangasem.
            Meski Sekolah Alam satu-satunya di Karangasem dan masih langka di Bali baru berumur satu setengah tahun berdiri sejak Pebruari 2016 lalu, namun telah memberikan nuansa baru inovatif bagi PAUD khususnya di Karangasem dan Bali. Sekolah tersebut merupakan pengembangan dari PAUD yang telah didirikannya sejak sepuluh tahun lalu tepatnya tahun 2007. Awalnya PAUD-nya waktu berlokasi di bilangan Banjar Tampuagan, Jalan Teuku Umar, Amlapura.

            Dikelilingi Pagar Bambu
            Areal sekolah Sekolah Alam cukup luas 20 are dengan binaan PAUD sebanyak 85 siswa dengan guru/pengasuh sebanyak sembilan orang. Kealamiahan sekolah sangat terlihat dari seluruh pagar keliling halaman sekolah terbuat dari bambu setinggi dua meter. Tak terdengar bisingan deru kendaraan motor seperti halnya di kota. Halaman sekolah tak ada menggunakan paving, sehingga kalau hujan hampir tidak ada genangan air, air hujan semua terserap ke tanah.
            Keseluruhan halamannya  menggunakan batu krikil dihiasi taman-taman tanaman kecil. Penyejuk sekolah dari pepohonan kecil dan besar bukan saja tumbuh di halaman sekolah, juga di sekitar tetangga areal sekolah tanah masih berupa tegalan, belum ada bangunan.
            Demikian halnya delapan ruang kelas tempatnya anak belajar, tidak menggunakan ruang kelas gedung bertembok yang tertutup seperti halnya sekolah lain pada umumnya. Kelas belajar Cempaka Kids menggunakan ruang bangunan kelas terpisah-pisah satu lainnya seperti bangunan Bali Saka Pat tanpa tembok. Pelindung ruangan pembatasnya  hanya menggunakan bahan bambu ukuran setengah badan. Di rungan kelas siswa lesehan dengan alas di lantai, mereka tampak sangat riang rilek belajar dan bermain. Luasnya halaman sekolah, anak-anak saat istirahat belajar dapat leluasa bermain-main dengan alat-alat permainan perorangan maupun berkelompok.
            Demikian halnya ketika makan yang disediakan oleh sekolah, anak-anak diajak makan bersama-sama temannya lesehan di kebun sekolah halaman bawah pohon. Katanya Sarita, adalah kiat, makan bersama-sama temannya dalam suasana alam sangat menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih banyak makannya, mengingat usia anak seperti itu biasanya sulit memberikan makan nasi, mereka lebih senang makan-makanan snack.

            Membuat Pupuk Kompos
            Beberapa program khusus yang menjadi unggulan sekolah ini yang tidak ada di sekolah lain umumnya meliputi pengenalan alam sekitar sekolah melalui kegiatan berkebun, memilah sampah sekolah lanjut membuat pupuk kompos, menyiram tanaman serta memberi makan hewan peliharaan.
             Anak juga diberikan pemahaman manfaat berbagi  dan berempati melalui kegiatan bakti sosial, mengumpulkan uang koin dan green bazaar yang hasilnya disumbangkan kepada anak-anak yang ekonominya kurang mampu. Kata Teacher Sarita, pihaknya telah merencanakan setelah hari libur Galungan-Kuningan mengajak anak-anak berbagai berempati kepada anak-anak pengungsi Gunung Agung.
            Cempaka Kids memberikan tambahan pengenalan bahasa Inggris yang  sederhana sejak dini kepada anak didik, misalnya, kata Sarita, nama-nama benda yang sering dilihatnya di rumah, nama sebutan keluarga, atau nama lainnya yang sering didengarnya.
             Kegiatan sosial lainnya, yang disebut family program, Sarita, istri dari I Nyoman Budiarta asal Nusa Penida, Klungkung dan ibu dari dua anak Ni Putu Cetana Sri Handayani dan I Made Diva Adhi Wiguna, menjelaskan, staf guru/pembimbing berkala berkunjung ke rumah tempat tinggal anak bertemu dengan orang tuanya untuk pengenalan/menjalin hubungan kekeluargaan kebersamaan antara sekolah dengan orangtua anak. Pertemuan tersebut bagi Teacher Sarita upaya memberikan udukasi kepada keluarga agar antara program sekolah dengan pendidikan keluarga bersinergi.

            Mengajarkan Anak Nabung Di Bank Sampah
            Juga secara berkala anak-anak diajak melakukan program outing/outbound untuk melatih kebersamaan dan leadership.Terkait kerusakan lingkungan alam yang disebabkan oleh sampah anak-anak diedukasi peduli memanfaatkan sampah menjadi berkah. Anak dianjurkan membawa sampah yang ada di rumahnya ke sekolah untuk ditabung di Bank Sampah yang disediakan di sekolah atas kerjasama Cempaka Kids dengan Bank Sampah BaliKu (Bali Kumara) Amlapura.
            Bagi Teacher Sarita, Sekolah Alam adalah impian lamanya sejak mulai mendirikan PAUD sepuluh tahun lalu. “Ini sekolah inovasi PAUD, proses pendidikan secara dini anak langsung didekatkan dengan alam untuk bersinergi dan dijadikan sahabat sejati, bukan hanya dalam ceritera, kalau kita cinta alam, alampun cinta kepada kita,” katanya Sarita yang vegetarian sejak masih gadis.

            Sentuhan Keibuaan
                Katanya Sarita, di lembaganya pernah mengasuh anak bermasalah dari berbagai latar belakang seperti  berkebutuhan khusus,  hiperaktif,  berkata-kata kasar/galak, pendiam/pemurung dan lainnya, bahkan ada anak asuhnya biasa minum tuak, karena anak tersebut sering melihat bapaknya peminum tuak. Untuk menaggulangi anak demikian, ia menggunakan terapi sentuhan keibuaan, cinta kasih, menanamkan kata-kata positif pada bawah sadarnya, dan selalu berkoordinas dengan orang tua anak, untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat dan perilaku anak di rumah.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda