Sekolah Alam, Bersinergi dengan Alam sebagai Sumber Belajar
Penulis, I Komang Pasek Antara
Sekolah
yang satu ini memang lain dibandingkan sekolah pada umumnya. Betapa tidak,
begitu Tokoh mulai melangkahkan kaki
memasuki halaman sekolah. Suasana alamiah dan nyaman terasa sekali menggambarkan
lembaga pendidikan anak ini. Pepohonan
rindang menghias halaman dan sesekali terdengar kicauan burung-burung liar
berterbangan diantara ranting pepohonan. Tokoh
disambut ramah oleh dua orang guru wanita muda yang sedang mengajar, yang di
lingkungan sekolahnya mereka biasa disapa dengan Teacher Yuli dan Teacher Eka.
Berbincang dengan kepala sekolah yang juga
pemilik lembaga, Ni Putu Suri Darmayanti, atau yang lebih dikenal dengan Teacher
Sarita, ibu muda kelahiran Amlapura, mengatakan, Cempaka Kids ini khusus untuk kelola
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu dan Tempat Penitipan Anak.
Predikat
identitas Sekolah Alam ini sangat melekat karena salahsatu misi sekolahnya
“menggunakan alam dan potensi lokal sebagai sumber belajar”. Sekolahnya didukung
suasana lingkungan alam pedesaan dengan berbagai macam tetumbuhan pohon. Lokasinya
di pinggiran bagian utara Kota Amlapura, dekat Jalan Veteran atau yang lebih
dikenal dengan nama jalur sebelas, tepatnya di Gang Merpati No. 1, Lingkungan
Dukuh, Kelurahan Padangkerta, Karangasem.
Meski
Sekolah Alam satu-satunya di Karangasem dan masih langka di Bali baru berumur satu
setengah tahun berdiri sejak Pebruari 2016 lalu, namun telah memberikan nuansa
baru inovatif bagi PAUD khususnya di Karangasem dan Bali. Sekolah tersebut merupakan
pengembangan dari PAUD yang telah didirikannya sejak sepuluh tahun lalu
tepatnya tahun 2007. Awalnya PAUD-nya waktu berlokasi di bilangan Banjar
Tampuagan, Jalan Teuku Umar, Amlapura.
Dikelilingi Pagar Bambu
Areal
sekolah Sekolah Alam cukup luas 20 are dengan binaan PAUD sebanyak 85 siswa dengan
guru/pengasuh sebanyak sembilan orang. Kealamiahan sekolah sangat terlihat dari
seluruh pagar keliling halaman sekolah terbuat dari bambu setinggi dua meter. Tak
terdengar bisingan deru kendaraan motor seperti halnya di kota. Halaman sekolah
tak ada menggunakan paving, sehingga kalau hujan hampir tidak ada genangan air,
air hujan semua terserap ke tanah.
Keseluruhan
halamannya menggunakan batu krikil
dihiasi taman-taman tanaman kecil. Penyejuk sekolah dari pepohonan kecil dan besar
bukan saja tumbuh di halaman sekolah, juga di sekitar tetangga areal sekolah tanah
masih berupa tegalan, belum ada bangunan.
Demikian
halnya delapan ruang kelas tempatnya anak belajar, tidak menggunakan ruang
kelas gedung bertembok yang tertutup seperti halnya sekolah lain pada umumnya.
Kelas belajar Cempaka Kids menggunakan ruang bangunan kelas terpisah-pisah satu
lainnya seperti bangunan Bali Saka Pat
tanpa tembok. Pelindung ruangan pembatasnya
hanya menggunakan bahan bambu ukuran setengah badan. Di rungan kelas siswa
lesehan dengan alas di lantai, mereka tampak sangat riang rilek belajar dan
bermain. Luasnya halaman sekolah, anak-anak saat istirahat belajar dapat
leluasa bermain-main dengan alat-alat permainan perorangan maupun berkelompok.
Demikian
halnya ketika makan yang disediakan oleh sekolah, anak-anak diajak makan
bersama-sama temannya lesehan di kebun sekolah halaman bawah pohon. Katanya
Sarita, adalah kiat, makan bersama-sama temannya dalam suasana alam sangat
menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih banyak makannya, mengingat usia anak
seperti itu biasanya sulit memberikan makan nasi, mereka lebih senang makan-makanan
snack.
Membuat Pupuk Kompos
Beberapa
program khusus yang menjadi unggulan sekolah ini yang tidak ada di sekolah lain
umumnya meliputi pengenalan alam sekitar sekolah melalui kegiatan berkebun,
memilah sampah sekolah lanjut membuat pupuk kompos, menyiram tanaman serta
memberi makan hewan peliharaan.
Anak juga diberikan pemahaman manfaat
berbagi dan berempati melalui kegiatan
bakti sosial, mengumpulkan uang koin dan green
bazaar yang hasilnya disumbangkan kepada anak-anak yang ekonominya kurang
mampu. Kata Teacher Sarita, pihaknya telah merencanakan setelah hari libur
Galungan-Kuningan mengajak anak-anak berbagai berempati kepada anak-anak
pengungsi Gunung Agung.
Cempaka
Kids memberikan tambahan pengenalan bahasa Inggris yang sederhana sejak dini kepada anak didik,
misalnya, kata Sarita, nama-nama benda yang sering dilihatnya di rumah, nama
sebutan keluarga, atau nama lainnya yang sering didengarnya.
Kegiatan sosial lainnya, yang disebut family program, Sarita, istri dari I
Nyoman Budiarta asal Nusa Penida, Klungkung dan ibu dari dua anak Ni Putu
Cetana Sri Handayani dan I Made Diva Adhi Wiguna, menjelaskan,
staf guru/pembimbing berkala berkunjung ke rumah tempat tinggal anak bertemu
dengan orang tuanya untuk pengenalan/menjalin hubungan kekeluargaan kebersamaan
antara sekolah dengan orangtua anak. Pertemuan tersebut bagi Teacher Sarita
upaya memberikan udukasi kepada keluarga agar antara program sekolah dengan
pendidikan keluarga bersinergi.
Mengajarkan Anak Nabung Di Bank Sampah
Juga
secara berkala anak-anak diajak melakukan program outing/outbound untuk melatih kebersamaan dan leadership.Terkait kerusakan lingkungan alam yang disebabkan oleh
sampah anak-anak diedukasi peduli memanfaatkan sampah menjadi berkah. Anak dianjurkan
membawa sampah yang ada di rumahnya ke sekolah untuk ditabung di Bank Sampah
yang disediakan di sekolah atas kerjasama Cempaka Kids dengan Bank Sampah
BaliKu (Bali Kumara) Amlapura.
Bagi
Teacher Sarita, Sekolah Alam adalah impian lamanya sejak mulai mendirikan PAUD sepuluh
tahun lalu. “Ini sekolah inovasi PAUD, proses pendidikan secara dini anak
langsung didekatkan dengan alam untuk bersinergi dan dijadikan sahabat sejati,
bukan hanya dalam ceritera, kalau kita cinta alam, alampun cinta kepada kita,” katanya
Sarita yang vegetarian sejak masih gadis.
Sentuhan Keibuaan
Katanya
Sarita, di lembaganya pernah mengasuh anak bermasalah dari berbagai latar
belakang seperti berkebutuhan
khusus, hiperaktif, berkata-kata kasar/galak, pendiam/pemurung
dan lainnya, bahkan ada anak asuhnya biasa minum tuak, karena anak tersebut
sering melihat bapaknya peminum tuak. Untuk menaggulangi anak demikian, ia
menggunakan terapi sentuhan keibuaan, cinta kasih, menanamkan kata-kata positif
pada bawah sadarnya, dan selalu berkoordinas dengan orang tua anak, untuk
mengetahui bagaimana sifat-sifat dan perilaku anak di rumah.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda