KOMANG PASEK ANTARA

Senin, 15 Juli 2019

Bidan Desa Teladan Ni Wayan Ekawati, SST



            Sosialisasi Kesehatan melalui Kesenian Janger dan Iklas Dibayar dengan Hasil Kebun
           
            “Hidup kita akan sangat berarti, apabila kita hidup memiliki arti bagi kehidupan orang lain”. Demikain filosofi yang tertanam dalam bawah sadar sejak masih belia dari seorang ibu yang bernama Ni Wayan Ekawati, SST yang akhirnya membawa dirinya menggapai berbagai prestasi dan teladan bagi kaumnya. Dia adalah sosok  bidan berstatus PNS sejak 25 tahun lalu tepatnya tahun 1990 lalu. Meski Bu Eka, dermikian ia kerap disapa, bertugas di wilayah pedesaan berhawa dingin serambi depan Pura Besakih tepatnya di Pukesmas Rendang, Kabupaten Karangasem, namum motivasi hidupnya tak sedingin wilayahnya. Justru sebaliknya terus hangat memacu dan memicu diri meraih mimpi bagi kehidupan orang lain seperti filosofi hidupnya.

            Bidan Teladan Bali
            Tinggal bersama keluarga di Banjar Batusesa tidak jauh dari tempat tugasnya. Bidan Eka telah menyandang berbagai status wanita berprestasi, berprestise, aspiratif dan inspiratif. Puncak paling bergengsi baginya, menjadi juara II Bidan Teladan se-Bali tahun 2008 lalu, yang sebelumnya pernah menggondol Juara I Bidan Teladan dan Bidan Delima se-Kabupaten Karangasaem. Selain berprestsi bidang kesehatan, Ibu kelahiran Desa Keramas, Gianyar, yang berhulang tahun ke-37 beberapa hari lalu tanggal lahir 11 Nopember 1968, pernah meraih predikat utama tokoh perempuan Karangasem tahun 2011 lalu, dan masuk dalam kategori 1  penjaringan tokoh perempuan Bali.
            Soal busana bagi Bidan Eka menjadi bagian kesenangannya, sehingga hobinya berbuah  manis juara I busana adat Bali se-Kabupaten Karangasem. Dan masih banyak lagi prestasi disandangnya.  Bidan Eka aktiv diberbagai organisasi sosial kemasyarakatan termasuk ikut kelompok-kelompok kesenian yang menjadi hobinya sejak masih kanak-kanak, hal itu dilakukannya untuk memperluas jaringan kemitraan berprofesi sebagai pelayanan masyarakat dibidang kesehatan, terrmasuk para dukun bersalin yang ada diwilayah kerjanya diajak bermitra. Karena dianggap senior dan memiliki prestasi oleh teman-teman sejawatnya, kini Bu Eka dipercaya sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Karangasem.
            Bincang-bincang lebih dalam dengan ibu berparas cantik belum lama ini saat ditemui Tokoh disela-sela bertugas menjadi narasumber di Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem. Semua resep keberhasilannya itu adalah dari sebuah ketulusan membantu orang lain yang membutuhkan untuk mempertahankan hidupnya. Terutama dorongan maksimal dari sang suami I Made Sumerta  juga berprofesi sebagai perawat kesehatan di tempat yang sama Puskesmas Rendang.

            Sosialisasi Kesehatan melalui Kesenian Janger
            Hidup di suasana pedesaan yang kesedaran kesehatan masyarakat belum optimal, berbagai cara inovatif telah dilakukan Bidan Eka untuk mendorong kepedulian masyarakat khususnya kesehatan ibu-ibu. Kisah-kisah inspiratif-pun dialaminya. Di desa tempat tinggalnya membentuk sekaligus menjadi pelakunya beberapa kesenian diantaranya janger dari anggota IBI , seke gong wanita, sendratari dan pesantian. Dibidang wirausaha, Bidan Eka mendorong wanita-wanita desa membentuk simpan-pinjam, kelompok ternak babi sekaligus memberikan bantuan berupa bibit dan pakannya. Dibidang organisasi informasi, Bidan Eka ditunjuk menjadi Sekretaris Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) “Mandala Kerta” Desa Menanga. Katanya, Bidan Eka, melalui kegiatan organisasi itu dapat mensosialisasikan tentang kesehatan kepada masyarakat.
            Disamping kesibukannya mengurus empat buah hatinya, tiga laki dan satu perempuan. Satu orang putra sulungnya  sudah bekerja dan lainnya  status pelajar dan mahasiswa, dirinya masih sempat mengisi pengetahuan dirinya melanjutkan ke jenjang S2 Manajemen,  juga aktiv mengajar di salahsatu SMK Kesehatan swasta di Klungkung.
            Bidang kesehatan banyak kegiatan telah dilakoninya khususnya bagi kaum wanita dan anak, diantaranya mendukung program dalam pencapaian MDGs, dalam bal menurunkan AKI dan AKB, meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi IUD, dengan memberikan pelayanan KB pasca plasenta, membantu ibu-ibu untuk melakukan deteksi kanker servik dan payudara dengan menyediakan pelayanan IVA secara gratis, pelayanan perawatan vagina dan papsmear. membentuk kelas ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang kehamilan untuk mendapatkan ibu dan bayi yang sehat, memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu-ibu PKK dan Posyandu,  membina/melaksanakan Posyandu Balita/Lansia, BKB dan PAUD.
            Sebagai pengabdi bidan desa sudah 25 tahun sejak 1990 lalu, tercatat sudah sekitar enam ribu bayi terlahir dari  bantuannya.  Berbagai pengalaman suka-duka pernah dirasakan Bidan Eka. Katanya tidak jarang dirinya dipanggil pasien pada malam hari saat  udara dingin menyelimuti  Banjar Batusesa. Dia harus bangkit dari  tidur nyenyak menemui pasien. Saat itu, menurut pengakuannya, dirinya seperti itu terkadang juga ada rasa enggan untuk bangkit dan melepas selimut dari tempat tidurnya. Namun penuturannya mengenang masa lalu, “ada manajemen pikiran yang selalu membuat saya bergegas dan saya jadikan motivator untuk selalu semangat, bahwa profesi saya itu adalah pilihan saya pribadi oleh karena itu saya harus bertanggungajwab dan berkomitmen untuk selalu siap kapan dan dimanapun saya dibutuhkan”. Katanya Bidan Eka. “Apa yang mereka lakukan semua adalah sebuah yadnya. Orang lain begitu sulit mencari kesempatan untuk bisa berbuat, tetapi kenapa saya sia-siakan kesempatan ini yang datang tanpa saya mencarinya. “Tuhan menghadirkan orang yang memanggil saya walaupun dalam kondisi yang sungguh tidak mengenakan momennya tetapi harus saya lakukan. Dan saya berusaha menempatkan diri sebagai orang yang membutuhkan pertolongan”, katanya Bidan Eka.
            Awal-awal bertugas di sebagai tenaga kesehatan di desa, sembari melayani kesehatan masyarakat dari desa ke desa, Bidan Eka harus ditempuh dengan jalan kaki karena waktu itu medannya sulit dan transportasi belum semudah dan selancar sekarang. Diketahui oleh warga desa Bidan Eka bisa hoby kesenian tari, ia kerap diminta warga sembari melayani kesehatan juga mengajar menari bagi anak-anak wanita desa. “Aliran listrik waktu belum ada untuk menghidupkan casset tape pengiring musik gong pakai accu, katanya Eka senyum mengenang masa tempo dulu.

            Iklas Dibayar dengan Hasil Kebun
            Keterbatasan ekonomi masyarakat desa, tak pelak warga membayar hanya dengan hasil kebun miliknya. Bahkan menurut penuturan Bidan Eka, pernah mendapat panggilan membantu pasien perdarahan ibu hamil. Dirinya diantar sang suami menemui pasien, sampai di rumah pasien, suami pasien ditemukan pinsan melihat istrinya perdarahan.  Bidan Eka bagi tugas dengan suaminya, dirinya menangani pasien perdarahan, sedangkan suaminya menangani suami pasien yang pingsan. “Akhirnya semuanya selamat, kenang Bidan Eka tertawa mengenang pengalaman masa lalunya. Kalau pasien tidak membayar dan hanya ucapan terima kasih pernah dialaminya. “Semuanya itu saya iklaskan sebagai yadnya kepada sesama ciptaan Tuhan”. Katanya. Dirinya juga sering berbagi sosial berdonasi kepada warga miskin yang membutuhkan bantuan.

            Bercita-cita Jadi Dokter dan Polisi
            Merunut ke belakang perjalanan Bidan Eka berkarier sebagai bidan, saat masih dibangku sekolah semula cita-citanya ingin menjadi dokter dan polisi wanita, tapi dia menyadari keterbatasan ekonomi keluarga, akhirnya dia berlabuh melalui sekolah perawat kesehatan lanjut sekolah kebidanan. 
            Profesi bidang kesehatan yang disandang Bidan Eka anak pertama dari empat bersaudara  tidak mengalir dari kedua orangtuanya, Jero Mangku Tangkas (alm) dan Jero Mangku Wayan Kartiati. Tapi, setelah generasi berikutnya baru darah kesehatan mengalir kedua putranya bergelar sarjana kesehatan masyarakat I Gde Yudhi Martahadi, SKM dan I Kadek Yobhi Marta Wiguna masih kuliah di Akper  Denpasar. Juga dua dari tiga adik kandungnya menggeluti dunia kesehatan sebagai bidan dan perawat kesehatan.
            Ditanya tentang animo generasi muda Bali terjun kedunia kesehatan?. Katanya Bidan Eka, sangat tinggi, terbukti banyak tersedia sekolah-sekolah kesehatan, sehingga masyarakat lebih peduli dengan kesehatan dan banyak masyarakat mendapat layanan kesehatan.
            Dijelaskan Bidan Eka, angka kematian ibu hamil di Kabupaten Karangasem tahun 2014 cukup tinggi sebanyak 16 orang ibu hamil, bersalin dan nifas. Dan tahun 2015 ini sampai bulan Oktober sudah ada 5 orang yang meninggal. Dari segi angka terjadi penurunan yang sangat signifikan, hal itu disebabkan kerjasama dari berbagai pihak  lintas program dan lintas sektoral terkait lainnya, dan hal yg paling penting adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung program MDGs, yaitu menurunkan AKI dan AKB. Penyebab utama kematian ibu hamil, kata Bidan Eka, disebabkan kebanyakan oleh penyakit lain yang menyertai kehamilannya diantarnya jantung, TBC, gagal ginjal dan  karena eklamsia. Pihaknya sangat mendukung dan bersyukur pemerintah pusat mengupayakan Bidan PTT diangkat menjadi PNS. (Komang Pasek Antara)
           

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda