Bidan Desa Teladan Ni Wayan Ekawati, SST
Sosialisasi
Kesehatan melalui Kesenian Janger dan Iklas Dibayar dengan Hasil Kebun
“Hidup kita akan sangat berarti,
apabila kita hidup memiliki arti bagi kehidupan orang lain”. Demikain filosofi yang
tertanam dalam bawah sadar sejak masih belia dari seorang ibu yang bernama Ni
Wayan Ekawati, SST yang akhirnya membawa dirinya menggapai berbagai prestasi dan
teladan bagi kaumnya. Dia adalah sosok bidan
berstatus PNS sejak 25 tahun lalu tepatnya tahun 1990 lalu. Meski Bu Eka,
dermikian ia kerap disapa, bertugas di wilayah pedesaan berhawa dingin serambi depan
Pura Besakih tepatnya di Pukesmas Rendang, Kabupaten Karangasem, namum motivasi
hidupnya tak sedingin wilayahnya. Justru sebaliknya terus hangat memacu dan
memicu diri meraih mimpi bagi kehidupan orang lain seperti filosofi hidupnya.
Bidan
Teladan Bali
Tinggal bersama keluarga di Banjar
Batusesa tidak jauh dari tempat tugasnya. Bidan Eka telah menyandang berbagai
status wanita berprestasi, berprestise, aspiratif dan inspiratif. Puncak paling
bergengsi baginya, menjadi juara II Bidan Teladan se-Bali tahun 2008 lalu, yang
sebelumnya pernah menggondol Juara I Bidan Teladan dan Bidan Delima se-Kabupaten
Karangasaem. Selain berprestsi bidang kesehatan, Ibu kelahiran Desa Keramas,
Gianyar, yang berhulang tahun ke-37 beberapa hari lalu tanggal lahir 11
Nopember 1968, pernah meraih predikat utama tokoh perempuan Karangasem tahun
2011 lalu, dan masuk dalam kategori 1 penjaringan tokoh
perempuan Bali.
Soal busana bagi Bidan Eka menjadi bagian kesenangannya, sehingga
hobinya berbuah manis juara I busana
adat Bali se-Kabupaten Karangasem. Dan masih banyak lagi prestasi disandangnya.
Bidan Eka aktiv diberbagai organisasi
sosial kemasyarakatan termasuk ikut kelompok-kelompok kesenian yang menjadi
hobinya sejak masih kanak-kanak, hal itu dilakukannya untuk memperluas jaringan
kemitraan berprofesi sebagai pelayanan masyarakat dibidang kesehatan, terrmasuk
para dukun bersalin yang ada diwilayah kerjanya diajak bermitra. Karena
dianggap senior dan memiliki prestasi oleh teman-teman sejawatnya, kini Bu Eka
dipercaya sebagai Ketua Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Karangasem.
Bincang-bincang lebih dalam dengan ibu berparas cantik
belum lama ini saat ditemui Tokoh
disela-sela bertugas menjadi narasumber di Dinas Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Karangasem. Semua resep keberhasilannya itu adalah dari sebuah
ketulusan membantu orang lain yang membutuhkan untuk mempertahankan hidupnya. Terutama
dorongan maksimal dari sang suami I Made Sumerta juga berprofesi sebagai perawat kesehatan di
tempat yang sama Puskesmas Rendang.
Sosialisasi
Kesehatan melalui Kesenian Janger
Hidup di suasana pedesaan yang kesedaran kesehatan
masyarakat belum optimal, berbagai cara inovatif telah dilakukan Bidan Eka
untuk mendorong kepedulian masyarakat khususnya kesehatan ibu-ibu. Kisah-kisah
inspiratif-pun dialaminya. Di desa tempat tinggalnya membentuk sekaligus
menjadi pelakunya beberapa kesenian diantaranya janger dari anggota IBI , seke
gong wanita, sendratari dan pesantian. Dibidang wirausaha, Bidan Eka mendorong
wanita-wanita desa membentuk simpan-pinjam, kelompok ternak babi sekaligus
memberikan bantuan berupa bibit dan pakannya. Dibidang organisasi informasi,
Bidan Eka ditunjuk menjadi Sekretaris Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
“Mandala Kerta” Desa Menanga. Katanya, Bidan Eka, melalui kegiatan organisasi
itu dapat mensosialisasikan tentang kesehatan kepada masyarakat.
Disamping kesibukannya mengurus empat buah
hatinya, tiga laki dan satu perempuan. Satu orang putra sulungnya sudah bekerja dan lainnya status pelajar dan mahasiswa, dirinya masih
sempat mengisi pengetahuan dirinya melanjutkan ke jenjang S2 Manajemen, juga aktiv mengajar di salahsatu SMK Kesehatan
swasta di Klungkung.
Bidang kesehatan banyak kegiatan telah
dilakoninya khususnya bagi kaum wanita dan anak, diantaranya mendukung
program dalam pencapaian MDGs, dalam bal menurunkan AKI dan AKB, meningkatkan
penggunaan alat kontrasepsi IUD, dengan memberikan pelayanan KB pasca plasenta,
membantu ibu-ibu untuk melakukan deteksi kanker servik dan payudara dengan menyediakan
pelayanan IVA secara gratis, pelayanan perawatan vagina dan papsmear. membentuk
kelas ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang kehamilan untuk
mendapatkan ibu dan bayi yang sehat, memberikan penyuluhan kesehatan pada
ibu-ibu PKK dan Posyandu, membina/melaksanakan
Posyandu Balita/Lansia, BKB dan PAUD.
Sebagai pengabdi bidan desa sudah 25
tahun sejak 1990 lalu, tercatat sudah sekitar enam ribu bayi terlahir dari bantuannya.
Berbagai pengalaman suka-duka pernah dirasakan Bidan Eka. Katanya tidak
jarang dirinya dipanggil pasien pada malam hari saat udara dingin menyelimuti Banjar Batusesa. Dia harus bangkit dari tidur nyenyak menemui pasien. Saat itu,
menurut pengakuannya, dirinya seperti itu terkadang juga ada rasa enggan untuk bangkit dan melepas selimut
dari tempat tidurnya. Namun penuturannya mengenang masa lalu, “ada manajemen
pikiran yang selalu membuat saya bergegas dan saya jadikan motivator untuk selalu
semangat, bahwa profesi saya itu adalah pilihan saya pribadi oleh karena itu
saya harus bertanggungajwab dan berkomitmen untuk selalu siap kapan dan
dimanapun saya dibutuhkan”. Katanya Bidan Eka. “Apa yang mereka lakukan semua adalah
sebuah yadnya. Orang lain begitu
sulit mencari kesempatan untuk bisa berbuat, tetapi kenapa saya sia-siakan
kesempatan ini yang datang tanpa saya mencarinya. “Tuhan menghadirkan orang
yang memanggil saya walaupun dalam kondisi yang sungguh tidak mengenakan
momennya tetapi harus saya lakukan. Dan saya berusaha menempatkan diri sebagai
orang yang membutuhkan pertolongan”, katanya Bidan Eka.
Awal-awal bertugas di sebagai tenaga
kesehatan di desa, sembari melayani kesehatan masyarakat dari desa ke desa,
Bidan Eka harus ditempuh dengan jalan kaki karena waktu itu medannya sulit dan
transportasi belum semudah dan selancar sekarang. Diketahui oleh warga desa
Bidan Eka bisa hoby kesenian tari, ia kerap diminta warga sembari melayani
kesehatan juga mengajar menari bagi anak-anak wanita desa. “Aliran listrik
waktu belum ada untuk menghidupkan casset tape pengiring musik gong pakai accu,
katanya Eka senyum mengenang masa tempo dulu.
Iklas
Dibayar dengan Hasil Kebun
Keterbatasan ekonomi masyarakat
desa, tak pelak warga membayar hanya
dengan hasil kebun miliknya. Bahkan menurut penuturan Bidan Eka, pernah
mendapat panggilan membantu pasien perdarahan ibu hamil. Dirinya diantar sang
suami menemui pasien, sampai di rumah pasien, suami pasien ditemukan pinsan
melihat istrinya perdarahan. Bidan Eka
bagi tugas dengan suaminya, dirinya menangani pasien perdarahan, sedangkan
suaminya menangani suami pasien yang pingsan. “Akhirnya semuanya selamat,
kenang Bidan Eka tertawa mengenang pengalaman masa lalunya. Kalau pasien tidak
membayar dan hanya ucapan terima kasih pernah dialaminya. “Semuanya itu saya
iklaskan sebagai yadnya kepada sesama
ciptaan Tuhan”. Katanya. Dirinya juga sering berbagi sosial berdonasi kepada
warga miskin yang membutuhkan bantuan.
Bercita-cita
Jadi Dokter dan Polisi
Merunut ke belakang perjalanan Bidan
Eka berkarier sebagai bidan, saat masih dibangku sekolah semula cita-citanya ingin
menjadi dokter dan polisi wanita, tapi dia menyadari keterbatasan ekonomi
keluarga, akhirnya dia berlabuh melalui sekolah perawat kesehatan lanjut sekolah
kebidanan.
Profesi bidang kesehatan yang
disandang Bidan Eka anak pertama dari empat bersaudara tidak mengalir dari kedua orangtuanya, Jero
Mangku Tangkas (alm) dan Jero Mangku Wayan Kartiati. Tapi, setelah generasi
berikutnya baru darah kesehatan mengalir kedua putranya bergelar sarjana
kesehatan masyarakat I Gde Yudhi Martahadi, SKM dan I Kadek Yobhi Marta Wiguna masih kuliah di Akper
Denpasar. Juga dua dari tiga adik kandungnya menggeluti
dunia kesehatan sebagai bidan dan perawat kesehatan.
Ditanya tentang animo generasi muda
Bali terjun kedunia kesehatan?. Katanya Bidan Eka, sangat tinggi, terbukti
banyak tersedia sekolah-sekolah kesehatan, sehingga masyarakat lebih peduli
dengan kesehatan dan banyak masyarakat mendapat layanan kesehatan.
Dijelaskan Bidan Eka, angka kematian ibu hamil di Kabupaten
Karangasem tahun 2014 cukup tinggi sebanyak 16 orang ibu hamil, bersalin dan
nifas. Dan tahun 2015 ini sampai bulan Oktober sudah ada 5 orang yang
meninggal. Dari segi angka terjadi penurunan yang sangat signifikan, hal itu disebabkan
kerjasama dari berbagai pihak lintas
program dan lintas sektoral terkait lainnya, dan hal yg paling penting adalah
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung program MDGs, yaitu
menurunkan AKI dan AKB. Penyebab utama kematian ibu hamil, kata Bidan Eka, disebabkan
kebanyakan oleh penyakit lain yang menyertai kehamilannya diantarnya jantung,
TBC, gagal ginjal dan karena eklamsia.
Pihaknya sangat mendukung dan bersyukur pemerintah pusat mengupayakan Bidan PTT
diangkat menjadi PNS. (Komang Pasek Antara)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda