Gerakan Nasional Cinta Museum
Oleh I Komang Pasek Antara
Adanya kebijakan Pemerintah Indonesia menjadikan tahun 2010 lalu sebagai Tahun Kunjungan Museum/Visit Museum Year (VMY) patut kita syukuri, karena memberikan dampak positif utamanya bagi sejarah perjalanan peradaban manusia/masyarakat suatu bangsa. VMY juga bermanfaat sebagai media informasi budaya dalam upaya meningkatan kualitas/kuantitas pendidikan bagi mahasiswa/pelajar dan masyarakat Indonesia khususnya. Dengan demikian nantinya VMY dapat lebih mempertebal kecintaannya terhadap nilai-nilai hasil produk-produk budaya para pendahulunya. Bahkan disisi lain, sosial ekonomi masyarakatpun mendapat nilai tambah dari pergerakan kunjungan masyarakat/wisatawan ke Museum, karena VMY bertujuan meningkatkan jumlah pengunjung serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bagsa. Juga, Tahun Kunjung Museum 2010 lalu merupakan momentum awal memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014).
Adanya kebijakan Pemerintah Indonesia menjadikan tahun 2010 lalu sebagai Tahun Kunjungan Museum/Visit Museum Year (VMY) patut kita syukuri, karena memberikan dampak positif utamanya bagi sejarah perjalanan peradaban manusia/masyarakat suatu bangsa. VMY juga bermanfaat sebagai media informasi budaya dalam upaya meningkatan kualitas/kuantitas pendidikan bagi mahasiswa/pelajar dan masyarakat Indonesia khususnya. Dengan demikian nantinya VMY dapat lebih mempertebal kecintaannya terhadap nilai-nilai hasil produk-produk budaya para pendahulunya. Bahkan disisi lain, sosial ekonomi masyarakatpun mendapat nilai tambah dari pergerakan kunjungan masyarakat/wisatawan ke Museum, karena VMY bertujuan meningkatkan jumlah pengunjung serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bagsa. Juga, Tahun Kunjung Museum 2010 lalu merupakan momentum awal memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014).
Nah,
bagaimana hasil VMY selama tiga tahun sejak tahun 2010 lalu hingga sekarang memasuku
tahun 2014?. Belum ada informasi evaluasi tahunan apakah sudah ada apresiasi signifikan
terhadap jumlah kunjungan masyarakat ke Museum, atau sebaliknya?. Terlepas masalah VMY, bagaimana kiat Museum
sebagai media informasi budaya bangsa dapat terus diapresiasi oleh
masyarakatnya.
Sepintas, Museum sudah
banyak dikenal oleh masyarakat hanya terbatas sebagai tempat penyimpanan
barang-barang antik kuna yang tidak dipergunakan lagi. Padahal tidak sebatas
itu. Bagaimana sebenarnya hakekat dan fungsi Museum?
Sejarah Museum
Museum di negara kita Indonesia telah ada sejak
tahun 1062 lalu, didirikan oleh Pemerintah India Belanda, berlokasi di Jakarta.
Berdirinya museum itu, diawali dengan adanya usaha-usaha pengumpulan
benda-benda warisan budaya Bangsa Indonesia untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan masa lalu, kini dan akan datang.
Museum yang pertama
berdiri itu, bernama Bataviaasch
Genootschop Vfan Kunsten En Westencshappen, kini Musuem Nasional, terletak
di jalan Merdeka Barat No.12 Jakarta. Sebelumnya Museum itu bernama Gedung
Gajah dan Gedung Arca, yang sampai saat ini menyimpan puluhan ribu lebih buah
koleksi. Sedangkan di Eropa, sejarah pemuseuman berasal dari kamar-kamar barang
ajaib milik para sarjana, bangsawan, raja, dan hartawan.
Perkembangan Museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan
Museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E.
Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang
Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang
sejarah kesultanan Maluku, disamping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan
kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan
kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan
berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal
24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,
lembaga tersebut berstatus lembaga setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi.
Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian
lembaga tersebut menyebutkan bahwa salahsatu tugasnya adalah memelihara Museum
yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan
kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis;
himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften),
termasuk perpustakaan.
Fungsi Museum
Kata “Museum” berasal dari kata Muze, oleh orang Yunani Klasik diartikan
sebagai kumpulan sembilan Dewi, perlambang ilmu kesenian. Kesenian itu sendiri
merupakan budaya manusia bersifat universal, selain beberapa sistem yang ada
yakni: religi, teknologi, organisasi kemasyarakatan, bahasa, pengetahuan dan
mata pencaharian. Kesemuanya itu , juga merupakan materi koleksi museum secara
umum.
Sebagai lembaga ilmiah, tentu
Museum mempunyai berbagai fungsi. Berdasarkan kebijaksanaan pengembangan
permuseuman Indonesia berpegang pada rumusan ICOM (Internatiaonal Council
Of Museum). Museum mempunyai
sembilan fungsi, yakni :
1) mengumpulkan dan pengamanan warisan alam
dan budaya; 2) dokumentasi dan penelitian ilmiah; 3) konservasi dan preparasi;
4) penyebaran dan pemerataan
ilmu untuk umum; 5) pengenalan dan penghayatan kesenian; 6) pengenalan kebudayaan antardaerah dan bangsa; 7) visualisasi warisan alam dan
budaya; 8) cermin pertumbuhan peradaban umat manusia dan; 9) pembangkit rasa
bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Di Indonesia, sekarang
sudah ada sekitar ratusan jumlah Museum khusus dan umum baik negeri maupun
swasta tersebar di seluruh Nusantara. Museum-museum
yang telah berdiri di Indonesia minimal setiap propinsi memiliki Museum negeri
sebagai Museum daerah. Selebihnya Museum khusus milik pemerintah dan swasta.
Idealnya Museum, bukanlah suatu lembaga bisnis yang mencari keuntungan
sebesar-besarnya, seperti pelayanan bisnis lainnya, melainkan lebih dominan
fungsi sosial (pendidikan) dan rekreasi.
Museum adalah media
informasi, pendidikan dan rekreasi yang merupakan hasil peradaban budaya
manusia/masyarakat yang pernah hidup di jagat raya ini. Dari sekian Museum
khusus di Indonesia , ada beberapa yang kami sebutkan , diantaranya; Museum
Perangko (Jakarta), Museum Kereta Api (Jateng), Museum Geogoli (Bandung),
Museum Jamu (Semarang), Museum Negeri Provinsi Bali (Bali), Museum Istana Bima
(Nusa Tenggara Barat), dan Museum Kebudayaan Asmat (Irian Jaya) dll.
Di Bali sudah ada puluhan Museum Khusus dan Umum tersebar
di kabupaten /kota diantaranya: Museum Subak (Tabanan), Museum Semarajaya
(Klungkung), Museum Sidik Jari (Denpasar), Museum Manusa Yadnya (Badung),
Museum Gedung Kertya (Buleleng), Museum Seni Klasik Nyoman Gunarsa, Museum Neka
Gianyar, Museum L Mayeur (Denpasar), Museum Antonio Blanco dll.
Kreteria Museum
Permuseuman di Indonesia pada saat ini
ditangani oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk Museum-museum
negeri propinsi diklasifikasikan menjadi
tiga tipe A, B dan C. Tipe yang disebut pertama itu adalah utama. Kreteria tipe
dimaksud, dinilai dari segi luas fisik bangunan tanah lokasi, materi koleksi,
dan personel pengelola.
Benda-benda yang layak
dijadikan koleksi Museum sesuai ketentuan, salah satu syarat diantaranya: (1)
mempunyai nilai sejarah dan nilai ilmiah (termasuk nilai estetika). (2) dapat
diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipe (typologi), gaya (style),
fungsi, maknanya, asal secara historis dan geografis, genus (dalam orde
biologi) atau perieode (dalam geologi khususnya untuk benda sejarah alam); (3)
harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadiran
(realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah; (4) harus dapat dijadikan
monumen, atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam dan budaya; (5) benda asli (real) replikasi atau
reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman.
Sedangkan jenis dan bentuk
benda-benda yang dijadikan koleksi museum umum negeri diantaranya: sejarah
alam, paleotologi, prehistorika, arkeologika, historika, naskah, nimismatik,
dan heraldika, keramik asing, seni rupa, karya cetak,etnografi, dan benda hasil
abstraksi dll.
Harapan Masa Depan Museum Indonesia
Mengelola sebuah Museum
bukan tanpa tantangan dan kendala, mendirikan mudah tapi pemeliharaannya butuh
biaya tidak sedikit. Menurut Direktur Permuseuman Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif RI, Dra. Intan Mardiana yang dimuat di salah satu media cetak
lokal di Bali, bahwa sekitar 150 unit atau lebih dari 60 persen dari 275 Museum
di Indonesia sedang kolaps. Penyebabnya mulai kelemahan manajemen, ketiadaan
anggaran, sampai tidak ada pengunjung. Dra. Intan Mardiana mengatakan hal
tersebut pada acara Workshop GNCM di Museum ARMA Desa Peliatan, Ubud, Gianyar
Desember 2010 lalu.
Benar, umumnya Museum di
Indonesia relativ kurang diminati pengunjung domistik kalau ada pengunjung itu
umumnya anak-anak sekolah yang diintruksikan oleh gurunya saat liburan wisata. Tetapi
lebih banyak mendapat apresiasi dari wisatawan asing saat berwisata ke
Indonesia. Harapan kita bersama VMY 2010 dapat dijadikan tonggak sejarah mulai
bangkitnya Museum di tanah air. Paket-paket tur wisatawan diharapkan lebih
memberikan kesempatan untuk berkunjung ke Museum. Sekaligus sebagai media informasi
dan promosi kepada wisatawan akan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Pihak
sekolah saat berwisata disamping mengunjungi obyek wisata alam, hendaknya juga
memprogramkan berkunjung ke Museum, karena disamping sebagai media rekreasi
juga media pendidikan. Dengan demikian ”Yuk Bekunjung ke Museum” menjadi slogan
khusunya pada para remaja.
Dipihak lain juga
pengelola Museum diharapkan terus membenahi kualitas pengelolaan, pelayanan/SDM
yang profesional, kualitas/kuantitas koleksi dan pendukung lainnya, karena
dapat memberikan rangsangan untuk mempromosikan kepada teman/keluarga untuk
mencintai dan berkunjung ke Museum.. Semoga!!!
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda