Tradisi Perang Api Massal di Desa Jasri, Karangasem: untuk Ketentraman Alam Lingkungan
Salahsatu desa di Kabupaten Karangasem mengenal
tradisi budaya “perang massal”. Wahhh...perang apa itu, kapan dan dimana
terjadi? Terteran nama perangnya, tempat lokasi perangnya di Desa Jasri,
Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem,
Kab. Karangasem, sekitar 4 km dari kota Amlapura menuju jalur arah jalan
Amlapura–Denpasar. Tradisi Terteran yang digelar setiap dua tahun sekali
pada tahun bilangan genap ini, terkait dengan digelarnya upacara desa Aci Muu-muu yang diselenggarakan setiap Pengurupukan
rainan tilem kesanga, sehari sebelum hari
Nyepi.
Saat sandykala
matahari mulai terbenam di ufuk barat, persiapan Terteran segera akan dimulai. Diawali sekitar 50 orang laki-laki
tua-muda dari para jero mangku, prajuru desa
den pengikut lainnya dengan mengenakan kain putih serta kepala terikat
daun enau berangkat berjalan kaki menuju Pantai Jasri sekitar 500 meter di
sebelah selatan desa untuk melarung
caru. Sekembalinya mereka dari melarung
caru ke laut malam sudah menyungkup
bumi. Penulis beberapa kali menyaksikan langsung tradisi ini, tak ada bersitan
lampu penerang di jalan maupun rumah. Benar-nenar kelam. Begitu mulai memasuki perempatan jalan tepat di
patung salak, mereka pembawa caru dihadang serta diter (dilempari) bobok
(obor) oleh puluhan orang warga desa. Lemparan bobok itu dilakukan di tiga titik lokasi disepanjang jalan dari
pantai menuju Pura Bale Agung. Pembawa caru tidak boleh melawan, hanya
menangkis saja dengan obor yang mereka bawa serta terus lari bergegas-gegas
menuju arah Pura Bale Agung.
Maksud melempar dengan obor, bahwa sekembalinya pembawa
caru dan pengiringnya dari pantai
diperkirakan masih diikuti oleh sejumlah roh jahat yang dapat mengganggu
ketentraman lingkungan, karena itu ia harus dinetralisir dan tidak boleh masuk
ke wilayah desa, sehingga alam lingkungan desa menjadi tentram. Suasana malam
itu betul-betul kelam dan tegang, tanpa seberkas sinar lampu di rumah penduduk.
Yang terlihat hanyalah pancaran sinar obor di kegelapan malam.
Setelah para pembawa caru dan pengiringnya sampai ke Pura Bale Agung, malam itu juga sekitar jam
07.00 barulah digelar ”perang tanding” Terteran massal. Terteran kali ini
sebagai tambahan benar-benar lebih seru dan menegangkan karena terjadi adu
saling serang dari ”pasukan” dua kelompok. Melibatkan sekitar 60 orang krama laki-laki tua-muda terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok warga lingkungan Jasri Kaler versus kelompok warga lingkungan Jasri Kelod.
Atraksi Terteran digelar di medan di sepanjang jalan raya umum tepatnya di muka
Balai Masyarakat Jasri. Akibatnya jalan raya yang menghubungkan Kota Amlapura-Denpasar
sementara sempat ditutup sekitar selama hampir 2 jam. Jalan alternatif
diarahkan ke jalur jalan Desa Ujung Hyang dan Desa Asak.
”Medan perang” yang boleh dijelajahi kedua
kelompok berhadap-hadapan arah utara-selatan, itu terpisah oleh batas wilayah
kelompok, berupa bentangan daun enau yang diikatkan di dua buah penjor yang
dipancangkan di sebelah barat dan timur jalan raya.
Bobok (obor) yang dipakai ngeter (melempar) itu, terbuat dari seikat danyuh (daun kelapa kering) yang
berukuran sekitar 80 cm. Di tengah cekalan daun kelapa itu, terdapat sebatang
kayu kecil berukuran seperempat dari panjangnya obor. Hal itu dimaksudkan agar
lemparan obornya lebih jauh, cepat, keras dan helain daun nyiur tidak lepas
terurai. Para pemainnya, orang laki-laki tua maupun muda, tidak mengenakan baju,
mereka hanya mengenakan kain atau celana.
Begitu peluit tanda mulai dibunyikan oleh petugas
Terteran, mereka silih berganti menyerang, obor berseliweran menyerang lawan
dari atas maupun bawah, bahkan sampai membentur tubuh teman sendiri. Semburan
api yang terlempar sangat indah, seperti kunang-kunang dikegelapan malam. Gerrrrr para penonton selalu bersorak-sorai
mentertawakan mereka yang terkena lemparan obor, sebab bukan tidak mungkin
tubuh mereka akan terbakar paling tidak
hangus. Guessss.....plak, guesss...plak,
begitu suara lemparan obor menyeruak di udara. Sementara suara riuh rendah
penonton terus menggema memberikan suport.
Meskipun masih saudara atau tetangga satu desa mereka tidak peduli.
Seperti penuturan I Ketut Pasek Antara dan I Wayan
Suma kepada penulis saat usai mengikuti sebagai ”pasukan perang” Terteran, mereka
semangat sekali melakukan peperangan keringat bercucuran membasahi badannya. Meski
luka bakar, rasa senang, perih dan sakit berbaur menjadi satu, namun tak mereka
rasakan serius luka itu, sebab kalau sudah memegang secekal obor pada gejolak hati peperangan itu
mereka seolah-olah tak ingat apa-apa lagi. Terkadang lemparan obor tidak
memenuhi sasaran sampai membentur penonton, suara riuh penonton lainnyapun
pecah menertawakan penonton yang kena sasaran lemparan.
I Ketut Pasek Antara (31 tahun) warga Banjar Semadi
lingkungan Jasri Kelod yang sudah sejak umur 17 tahun sudah ikut Terteran
menuturkan kepada penulis, ”ya sedikit mengerikan kena lemparan obor, apalagi
kena muka dan mata, kalau badan kena, sedikit perih, ya tidak apa-apa demi
tradisi”. Lanjut Pasek, setiap dirinya ikut Terteran kelompoknya selalu
menggunakan strategi formasi layaknya permainan sepakbola. Keseluruhan
”peperangan” berlangsung bisa mencapai sekitar 1 jam, dan berlangsung sampai
tiga babak. Berakhirnya babak ke babak ditandai dengan bunyi peluit oleh
petugas. Dan peperangan berakhir apabila
habisnya bara obor tersebut.
Atraksi ”perang tanding” massal Terteran bukan
hanya digelar saat malam Pengerupukan
saja, tetapi lagi dua harinya, pada ngembak
geni (sehari setelah Nyepi), lagi digelar ”perang tanding” Terteran di
tempat yang sama. Katanya memberikan kesempatan bagi penonton atau warga desa
Jasri yang belum sempat menyaksikan dan ikut ”perang tanding” Terteran. Ingin
menyaksikan langsung datang sekitar bulan Maret 2014.
2 Komentar:
Mohon ijin untuk memberikan informasi bahwa Tradisi Terteran ini bisa disaksikan lagi pada tanggal 20 Maret 2015. Suksema.
saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan
saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda