KOMANG PASEK ANTARA

Selasa, 09 Juni 2020

BERLITERASI UNTUK MENINGKAT IMAJINASI Catatan dari Kegiatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca


                                                                                                   Oleh I Komang Pasek Antara
      
       Bulan September setiap tahun di tanah air Indonesia menjadi bulan aktivitas bernuansa literasi, mengapa?, karena pada bulan tersebut pemerintah Indonesia  sejak bulan September 1995 lalu menetapkan sebagai Bulan Gemar Membaca (BGM), dan khusus setiap tanggal 14 September ditetapka menjadi Hari Kunjung Perpustakaan (HKP).
Jika dibandingkan dengan Bulan Bahasa (BB) yang setiap bulan Oktober dirayakan meriah dan marak oleh hampir semua instansi pendidikan terutama lembaga sekolah disemua tingakatan di tanah air, tapi BGM dan HKP masih belum marak seperti halnya BB. Karena itu, HKP dan BGM masih perlu dikampayekan lagi ke semua lapisan masyarakat termasuk di lembaga pendidikan khususnya sekolah.
            Adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispustaka) Kabupaten Karangasem pada bulan September 2019 lalu menggelar BGM dan HKP melalui kegiatan literasi yang dikemas kedalam tujuh jenis gelaran lomba dan kegiatan literasi selama lima hari, tanggal 17-20 September 2019. Konten kegiatan dan lomba memprovokasi mengedukasi masyarakat mau mengunjungi perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca. Lomba tersebut meliputi,  mewarnai anak TK/Paud, menggambar di atas kertas siswa SD, menulis puisi siswa SMP/MT langsung di tempat, membuat poster di atas kertas gambar siswa SMA/SMK/MA, pameran buku, game literasi siswa SMA/SMK, dialog publik interaktif radio dan Rembug Literasi Karangasem (RLK).

            Meriah dan Terbentuk Komunitas Literasi karangasem
            Ada hal yang menarik dari kegiatan tersebut, Dispustaka Karangasem baru kali pertama menggelar HKP dan BGM yang  meriah sebanyak tujuh jenis kegiatan dengan melibatkan ratusan peserta siswa, serta digelar setiap hari berturut-turut. Artinya, ada semangat lebih dari insan-insan warga besar Dispustaka untuk menggelorakan mengajak para pelajar sekolah dan masyarakat lebih sering mengunjungi perpustakaan dan membudayakan gemar membaca, mengingat tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih berada diposisi papan bawah di Asia maupun dunia.
            Khusus ada yang menarik lagi dari kegiatan tersebut, juga baru kali pertama digagas oleh sang leader Kepala Dinas (Kadis) Dispustaka Karangasem, Drs. I Wayan Astika, mantan Kadis Pariwisata Kabupaten Karangasem, membentuk Komunitas Literasi Karangasem (KLK). Proses pembentukan KLK melalui pertemuan yang dikemas dalam sebuah pertemuan/rembug yang diberikan nama Rembug Literasi Karangasem (RLK), tempat di Dispustaka setempat.
RLK menghadirkan puluhan orang dari berbagai profesi literasi asal kelahiran Karangasem diantaranya, penulis, sastrawan, jurnalis dan penekun literasi lainnya. Hasil rembug peserta mempercayakan menjadi Ketua KLK, Dr. I Made Regeg, S.Pd, M.Pd, seorang penulis buku dan tokoh pendidikan, kelahiran Desa Munti Gunung, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Yang hadir dalam rembug, tokoh literasi Karangasem yang telah dikenal publik dan sering menghiasi media massa, diantaranya, I Nyoman Tusthi Eddy, BA (pendidik/sastrawan/penulis buku/esei), Drs. I Gede Aryasa, MPd. (pendidik/penulis buku/esei), I Gede Aries Pirdawan, S.Pd, (pendidik/sastrawan/dramawan) I Komang Warsa, S.Pd. M.Si. MPd (pendidik/penulis buku), Drs. I Wayan Kerti, MPd (pendidik/sastrawan/penulis bukuesei., Ida Bagus Made Japa, S.Pd, M.Si, M.Pd. (pendidik/penulis buku).
            Terbentuknya komunitas literasi ini, seperti yang dikatakan sastrawan I Nyoman Tusthi, memberi manfaat baik bagi perkembangan literasi di Karangasem, para penekun literasi bangkit dalam satu wadah sehingga memudahkan sharing berbagi pengalaman. Juga, kata Tusti Eddy, wadah komunitas ini sekaligus dapat mengetahui potensi literasi di Karangasem.

            Dialog Radio Interaktif Topik Naskah Kuno
            Dialog publik radio interaktif digelar paling perdana dalam kegiatan HKP dan BGM disiarkan langung dari studio Radio Suara Widya Besakih FM Amlapura, menampilkan dua narasumber Kepala Dispustaka Karangasem, I Wayan Astika dan Pustakawan, I Komang Pasek Antara. Selain melalui radio menginformasikan kegiatan HKP dan BGM, juga bahas tema dialog “Peran Perpustakaan dalam Pengembangan Literasi dan Pelestarian Budaya”. Konten dialog menitik beratkan tentang pernaskahan kuno.
Dalam dialog, Kepala Dispustaka Karangasem, I Wayan Astika, menjelaskan, perpustakaan tidak saja hanya urus koleksi buku saja seperti yang dikenal oleh masyarakat selama ini, tetapi juga naskah kuno lontar. Hal itu ditegaskan Astika, pemerintah dalam hal ini lembaga perpustakaan mengacu Undang-Undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 10 berwenang mengalihmediakan naskah kuno yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah masing-masing untuk dilestarikan dan didayagunakan. “Pendaftaran naskah kuno dilakukan dalam rangka inventarisasi untuk kepentingan penyimpanan, perawatan, pelestarian, dan pemanfaatan”’ jelas Astika. Dialog mendapat banyak respon dari pemirsa radio, pertanyaannya seputar keberadaan perpustakaan umum Karangasem milik Pemkab Karangasem.

Pameran Buku dan Game Literasi
Pameran buku, menampilkan koleksi khusus yang tidak ada dalam koleksi yang dilayankan sehari-hari di Dispustaka Karangasem. Pameran buku ini, menyuguhkan ratusan koleksi buku agama Hindu kerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Hindu Amlapura dan buku koleksi ilmu kedokteran sumbangan dari I Komang Sardika, warga Jalan Gajahmada Amlapura.
Lomba Game Literasi (GL) sangat menarik saat tampil dalam HKP dan BGM, karena dilakoni dengan pola permainan yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi peserta lomba.  Banyak mendapat perhatian dari pegawai Dispustaka dan peserta yang telah usai menyelesaikan lomba lainnya. Pesertanya 40 orang siswa yang tergabung dalam komunitas GM pada teater SMA/SMK di seputar Kota Amlapura.
Dibawah pengendali permainan, GM, I Gede Aries Pirdawan, permainan literasi diawali dengan peserta membaca berita di ruang layanan Dispustaka, kemudian dilanjutkan dengan setiap siswa menulis kata-kata menarik yang ditemukan dalam berita tersebut. Permaian kedua, bertempat di halaman kantor membaca puisi tanpa judul kemudian mentransfer puisi tersebut dengan berbisisk secara berantai kepada teman lainnya. Dijelaskan I Gede Aries Pirdawan, ini pola literasi inovasi baru, siswa menjadi termotivasi ingin tahu isi puisi yang dibacanya dan wajib menebak judul puisinya.

Anak Berliterasi dapat Meningkatkan Imajinasi
I Nyoman Tusthi Eddy sastrawan senior, mengatakan, kepada penulis belum lama ini di Dispustaka Karangasem, lomba-lomba literasi yang diselenggarakan oleh Dispustaka Karangasem sangat baik sejak dini melatih meningkatkan imajinasi si anak yang mengikuti lomba. “Anak akan berusaha memahami melalui olah pikirannya serta melakukan apa yang mereka akan lakukan sesuai persyaratan lomba”, kata I Nyoman Tusthi Eddy.
Menarik, lomba melukis tingkat SD juara I-III diborong oleh satu sekolah, SDN 5 Karangasem, juaranya I-III: I Gusti Ayu Maitri Sangaindrani I Wayan Kaba Partamadan  I Ketut Erdina Pradipta. Peserta juara lomba memperoleh hadiah, sertifikat dan piala.
Berikut peringkat juara cabang lomba literasi lainnya. Juara I-III lomba mewarnai gambar TK/Paud: I Gusti Ayu Rannia Mandaceta (TK Bintang Kejora Amlapura), I Putu Juna Pandu TK Bina Purwaka, Jasri dan I Gede Panji Dharma Yuktha (TK Ganeswaraa, Jasri). Pemenang lomba menulis puisi SMP/MTs, juara I-III disabet siswa Ni Wayan Seriasih (SMPN 1 Amlapura), I Gusti Ayu Putu Laksmi Nitya Nanda (SMPN 2 Amlapura) dan I Putu Jaeni Rania Maharani (SMPN 2 Amlapura). Membuat poster SMA/SMK digondol, juara I-III: Ni Nengah Amritha (SMAN 2 Amlapura), I Wayan Sudarmayasa (SMAN 3 Amlapura) dan I Wayan Eka Wahyu Pranayana Putra (SMAN 3 Amlapura). Sedangkan, lomba game literasi, dimenangkan jura I-III: Kelompok I, II dan III.
Penulis, Pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Karangasem
             

Memaknai Hari Kunjung Perpustakaan Ditengah Rendahnya Minat Baca Masyarakat



                                                                                                        Oleh I Komang Pasek Antara

Memasuki bulan September dunia literasi khususnya di tanah air Indonesia akan disemarakkan dengan gelaran kegiatan tahunan yang terbalut dengan kemasan Hari Kunjung Perpustakaan (HKP) dan Bulan Gelar Membaca (BGM). Di beberapa instansi/lembaga yang mengelola perpustakaan menggelarnya dengan berbagai kegiatan berliterasi dimaknai dapat menggugah anak didik di sekolah  dan masyarakat rajin berkunjung ke perpustakaan dengan memanfaat pasilitasnya yang tersedia sebagai media pendidikan dan rekreasi.
  Tahun 2019 ini kedua moment HKP dan GBM itu sudah memasuki lebih dua warsa tepatnya tahun ke-24 sejak ditetapkan oleh era orde baru saat jamannya mantan Presiden Soeharto.  HKP ditetapkan sejak tanggal 14 September 1995 lalu. Meski berbagai upaya pemerintah bersama masyarakat dan steakholders telah melakukan berbagai gerakan meningkatkan minat dan daya baca masyarakatnya, tampaknya masih terus perlu digalakkan lagi bukan hanya setiap tahun jelang HKP/GBM. Gerakan apa lagi yang dapat meningkatkan signifikan budaya baca masyarakat?, revolusi mental?
Belum ada data resmi terbaru, data dari World's Most Literate Nations yang menyatakan tahun 2016 minat baca masyarakat Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang menjadi objek penelitian lembaga Central Connectius State University tahun 2016. Seringnya melihat, mendengar dan menampilkan data tersebut kepermukaan diharapkan dapat menimbulkan rasa jengah. Jengah dalam artian adanya upaya semua pihak untuk tidak henti-hentinya menyuarakan gerakan-gerakan yang dapat menggugah masyarakat khususnya meningkatkan minat baca dan umumnya gerakan literasi salahsatunya rajin memanfaatkan perpustakaan.
Terkait dengan kegiatan HKP/GBM untuk menggugah masyarakat untuk sering-sering mengunjungi perpustakaan berliterasi, mendapat respon alternatif lain dari beberapa pihak penekun literasi, bahwa katanya, kita tidak lagi terlalu fokus hanya mempermasalahkan rendahnya masyarakat menunjungi perpustakaan. Hal tersebut didasari masyarakat yang ingin membaca buku dan sejenisnya tidak lagi harus mengunjungi langsung perpustakaan atau sentra-sentra bacaan lainnya, karena membaca sumber bacaan dapat diakses melalui smart phone atau teknologi informasi lainnya diantaranya melalui e-book, Ipusnas dllnya.
Alternatif lain berliterasi seperti dikemukakan di atas sah-sah saja, namun tampaknya masyarakat Indonesia khususnya bagi pemustaka fanatik dan kalangan menengah ke bawah baca melalui sarana buku masih membutuhkan perpustakaan, disamping media itu menyediakan banyak layanan pilihan koleksi buku juga baca/pinjam koleksi tanpa dipungut biaya alias gratis. Bagi kalangan penekun literasi fanatik buku, membaca buku ada rasa kebanggaan dan nyaman membaca buku dibandingkan melalui sarana teknologi informasi.
Menyoal minat baca masyarakat Indonesia  tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan perpustakaan sebagai medianya, ibarat “antara ikan dengan kolam”. Ikan (pemustaka) akan dapat hidup jika ada di kolam (perpustakaan), sebaliknya  kolam (perpustakaan) terasa indah/hidup ketika ada ikannya (pemustaka) berwarna-warni. Tinggal bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola perpustakaan mengemasnya agar pemustaka dan calon pemustaka tertarik mengunjunginya serta betah berlama-lama di perpustakaan.
Perpustakaan di sekolah dasar awal paling baik menanamkan jiwa anak didik mencintai perpustakaan sebagai media pembelajaran pendidikan, kemudian dilanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya yang lebih tinggi. Kini, keberadaan ada di beberapa perpustakaan sekolah bukan tanpa masalah dari sisi anggaran dan SDM. Tergantung stile sang pimpinan sekolah memenej “rumah tangganya”, bagaimana perpustakaannya menarik bagi anak didiknya untuk dikunjunginya.
 Banyak persoalan dihadapi perpustakaan sekolah. Diketahui, anggaran pengembangan perpustakaan sekolah/madrasah mengacu UU RI Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan mengalokasikan paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang diluar belanja pegawai  dan belanja modal. Sedangkan, kebutuhan pengelolaan prasaran/sarana pendidikan lainnya juga tidak kalah pentingnya diurus, sehingga anggaran pengembangan perpustakaan hanya menjadi “korban” dianggarkan terendah minimal 5% dari anggaran biaya operasi sekolah.
Juga SDM pengelola perpustakaan sekolah belum optimal, belum banyak tenaga pengelola yang khusus menangani perpustakaan. Petugas pengelolanya dari kalangan tenaga/guru pendidik yang belum memenuhi standar jumlah jam pelajaran bidang studinya, sehingga perpustakaan belum dikelola maksimal. Ada angin segar dari program kerja periode ke-2 Presiden Jokowi setelah sukses menggarap infrastruktur, kini akan fokus membenahi SDM, “SDM Unggul Indonesia Maju”, mudahan kecipratan ke bidang perpustakaan.
Guna terus menggalang masyarakat mau berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan, tidak lagi  berkutat hanya berurusan teknis ilmu kepustakawan semata. Kita apresiasi, kini beberapa pihak tetkait yang peduli perpustakaan menggulirkan program kegiatan yang disebut kepustakawanan berbasis inklusi sosial, yaitu pelayanan perpustakaan yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga. Masyarakat yang memanfaatkan perpustakaan sebagai media tidak lagi hanya sekedar tahu pengetahuan teori semata, tetapi layanan perpustakaan  dapat memberikan dampak praktis kesejahteraan sosial ekonomi, budaya dan lain-lain terhadap warganya sendiri.
Contoh inklusi sosial, kisah inspiratif dari ujung timur pulau Dewata, Bali, namanya Ni Wayan Srimentik, ibu dari 3 orang anak, kelahiran lereng Gunung Agung, Dusun Muntigunung, Desa  Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali. Berkat baca buku dan internet konten wirausaha di Perpustakaan “Jnana Kriya” di desanya, mengubah cara berpikir Srimentik secara nyata. Dia tidak lagi melakoni profesi ‘gepeng” (gelandang pengemis) dari kota ke kota di Bali yang pernah dijalani selama 12 tahun sejak tahun 2012 lalu. Kini dia jadi wirasusaha membuat dan menjual dupa, sarana upacara keagamaan Hindu. Juga, dia belajar bahasa inggris lewat buku di perpustakaan, memudahkan berkomunikasi dengan wisatawan asing menjajakan dagangannya. Berkahnya, beberapa kali Srimentik diundang ke Jakarta oleh lembaga/instansi yang bergerak mamajukan literasi dan perpustakaan di Indonesia untuk testimoni kisah inspiratifnya.
Penulis, ASN pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Karangasem