KOMANG PASEK ANTARA

Kamis, 25 Agustus 2011

UNIKNYA HARI NYEPI DI BALI Sehari Penuh Alam Hening untuk Menyucikan Rohani


Oleh Komang Pasek Antara
                                   
Belum lama ini tanggal 26 Maret 2009 lalu, seluruh bumi Bali benar-benar diselimuti suasana  sepi, sunyi-senyap, gelap-gulita,  bagaikan sebuah jagat raya tanpa penghuni mahluk hidup. Meski Bali demikian, dibalik itu sebenarnya saat itu Bali sedang ditamburi sinar penuh kesucian, keheningan, kenyamanan dan kedamaian sejati bagi semua mahkluk hidup.  Situasi dan kondisi kala itu tidak ada duanya di dunia, karena itu Bali unik. Dibilang unik, yang ada di tanah Bali tidak ditemukan di luar Bali. Ada apa dengan Bali?

Masyarakat Bali, khsusnya umat Hindu sesuai dengan jaran agama Hindu, saat itu hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 sedang melaksanakan Brata Penyepian atau yang disebut dengan Hari Nyepi. Hari Nyepi dilakasanakan setiap tahun sekali setiap bulan Maret/April. Hari itu umat Hindu selama 24 jam penuh tidak diperkenankan/larangan melakukan empat jenis  kegiatan/aktivitas yang biasanya dilakukannya setiap hari. Empat jenis larangan kegiatan/aktivitas tersebut meliputi: Amati Geni (tidak menyalakan api/lampu dan tidak boleh mengobarkan hawa nafsu); Amati Karya (tidak melakukan kegiatan/kerja pisik, melainkan tekun melakukan penyucian rohani; Amati Lelungan (tidak bepergian kemana-mana, melainkan senantiasa mulat sarira/atau mawas diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran bhakti kehadapan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai manifestasinya); dan Amati Lelungan (tidak mengadakan hiburan/rekreasi atau bersenang-bersenang lainnya). Pada saat Hari Nyepi itulah umat Hindu telah memasuki tahun baru Icaka yang tahun 2009 ini memasuki tahun baru Icaka 1931.

Dunia Butuh Nyepi/Hening
Konteks masa kini, hakekat Hari Nyepi bagi umat  Hindu sangat universal dan  sejalan dengan Hari Hening Sedunia atau Word Silent Day (WSD) dan Eart Hour.Dan momentnya sangat tepat karena pelaksanaan sama-sama bulan Maret, hanya berselang beberapa hari yaitu WSD jatuh mendahului pada tanggal 21, sedangkan Eart Hour (dunia 1 jam tanpa lampu listrik) 28 Maret 2009, yaitu tiga hari setelah Hari Nyepi Bagaimana kalau tanggalnya bersamaan antara SWD- Eart Hour dengan Hari Nyepi Peringatan Earth Hour yang diselenggarakan Word Wildlife Fund (WWF)  yaitu aksi pemadaman lampu selama 1 jam pada hari tanggal: Sabtu, 27 Maret 2010 pukul. Earth Hour serempak dilaksanakan ribuan kota di dunia. Sungguh luar biasa nikmatnya dunia ini, karena dapat menghemat/mengurangi pembuangan gas karbon yang terpancarkan ke ruang atmosir bumi yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor dan barang-barang elektronik dan bermesin. Sedangkan Eart Hour Moment Hari Nyepi banyak dimanfaatkan oleh pengelola pariwisata di Bali untuk menggaet para wisatawan menikmati Hari Nyepi di Bali. Berarti dunia butuh Nyepi/hening.

Seperti halnya harapan warga dunia lainnya. Salah seorang warga masyarakat Bali, Ir. Gde Ngurah Yudiantara, M.M. yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem, berharap sangat relevan pada kondisi pemanasan global sekarang ini untuk terus disosialisasikan/dinformasikan secara gencar kepada masyarakat dunia tentang manfaat Word Silent Day (WSD) dan Eart Hour bagi kesehatan/kelestarian alam jagat raya ini.

Selain bertepatan dengan WSD, hari Nyepi tahun ini sangat spesial bertepatan dengan suasana Dharma Negara yaitu pelaksanaan masa kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) dan Dharma Agama yaitu kegiatan upacara besar umat Hindu di Bali yaitu Panca Bali Krama (PBK) yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Pelaksanaan upacara tersebut bertepatan dengan Pileg 9 April 2009. Pelaksanaan  kegiatan antara Nyepi, PBK, WSD dan Pileg diharapkan saling memberikan vibrasi positif menuju hening, nyaman dan damai.





Semua Brata/larangan tersebut merupakan upaya nyata untuk menguasai dan mengendalikan diri. Kemampuan dalam penguasaan diri merupakan cermin kearifan dan mutu kemandirian seseorang umat beragama. Pada saat Nyepi umat Hindu berharap di hari yang sunyi itu dapat memasuki alam sunyata alam yang sempurna, hening, dan merupakan tonggak awal lagi menuju kebangkitan spiritual yang sejati, seperti untaian bait Kekawin Nirattha Prakerta yang diterjemahkan:

Ketika hati telah heneng, hening, halus dan cemerlang
Kemudian menyusup ke  alam sunya, alam yang sempurna
Pikiran lalu bagaikan telah meliputi seluruh alam namun tidak diketahui dari mana datangnya
Orang yang telah mencapai tingkat itu adalah orang yang telah menemui hakekat kerohanian

Pelaksanaan Hari Nyepi bukan saja berlaku untuk umat Hindu yang ada di  Bali saja, tetapi juga  umat Hindu di luar Bali.

Sehari Penuh Umat Introspeksi Diri dan Kusuk Bersemadi
Brata Penyepian diawali saat matahari terbit di ufuk timur, dari pukul 06.00 Wita sampai matahari terbit kembali di ufuk timur keesokan harinya. Tanda dimulainya Brata Penyepian, dengan terdengarnya suara pukulan kulkul (kentongan) yang ada  di setiap Desa/Banjar.

Gambaran sosok bumi Bali ketika memasuki dunia Nyepi, alam sunyi-senyap, namun penuh keindahan dan keheningan, tak ada lagi kehirupikukan aktivitas manusia dan kendaraan seperti biasanya di jalan-jalan, pasar-pasar dan tempat keramaian umum dari pagi hingga malam. Hanya terlantum dari kejauhan indahnya kokokan ayam bersahutan dan merdunya kicauan burung-burung. Lampu-lampu tak bersinar seperti biasanya. Indahnya bersitan sinar bintang di langit memberi nuansa keindahan. Umat introspeksi diri, kusuk bersemadi bersujud kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa. Hanya tampak Pecalang (petugas keamanan tradisional) berjaga-jaga di jalan raya mengawasi suasana Nyepi.

Keseokan harinya setelah Hari Nyepi, ketika sang surya mulai membukakan matanya di ufuk timur, sekita pukul 06.00 Wita. Masing Desa/Banjar memukul Kulkul (kentongan) sebagai tanda Hari Nyepi telah berakhir, dan hari itu disebut dengan Ngembak Brata. Hari itu pula umat Hindu melakukan Simakrama (saling maaf-memaafkan) terhadap keluarga atau kerabat atas segalan kesalahan/kekeliruan yang pernah mereka perbuat sebelumnya. Juga, sabagai tradisi, biasanya moment itu dipakai umat berekreasi ke obyek wisata setelah seharian penuh berada di rumah.
   
Sehari Sebelum Nyepi Digelar Pawai Ogoh-ogoh

Sehari sebelum pelaksanaan Hari Nyepi, umat Hindu di Bali  menyelenggarakan kegiatan ritual Tawur Kesanga yang tahun 2009 ini jatuh pada bulan mati Rahine Tilem, Buda Pahing Kunigan, Sasih Kesanga Icaka 1930 atau hari Kamis, tanggal 25 Maret 2009. Pada hari itu dalam perhitungan astronomi Hindu, matahari berada tepat berada di garis katulistiwa. Atau pada saat itu sumbu bumi membuat sudut 90 derajat terhadap poros bumi dengan matahari. Pada hari Tilem (bulan mati) tersebut menurut Hindu menjadikannya sebagai hari terbaik untuk melakukan Upacara Bhuta Yadnya yaitu persembahan kehadapan isi alam semesta. Pada hari itu pula sebagai akhir pergantian tahun  menuju tahun baru Saka.. Pergantian tahun baru Saka menurut pandangan Hindu memperhatikan solar system, yaitu sistem perederan bumi mengelilingi matahari dan lunar system, yaitu sistem peredaran bulan mengelilingi bumi.

Menetralisir Alam
 Makna pelaksanaan upacara Tawur Kesanga bagi umat Hindu adalah memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa agar alam jagat raya beserta isinya somia atau netral terhindar dari  hal-hal yang mengakibatkan keburukan..

Setelah di masing-masing rumah tangga menghaturkan upacara tawur (mecaru), kemudian dilanjutkan dengan acara Pengerupukan yaitu mengelilingi halaman rumah  tangga masing-masing dengan menyebar-nyebarkan nasi tawur/caru dicampur tirta caru masing-masing diiringi  api obor yang terbuat dari daun kelapa kering dan membunyi-bunyikan kentongan bambu dan sarana lainnya sebagai simbol mahluk/roh jahat tidak akan menggangu isi alam semesta setelah mereka mendapat sajian tawur/caru.

Pelaksanaan pengrupukan oleh umat diekspresikan dengan pawai ogoh-ogoh diarak pada petang hari di jalan raya mengelilingi wilayah desa. Untuk sementara waktu tahun 2009 ini pawai ogoh-ogoh di desa tempat tinggal penulis, Desa Karangasem, Propinsi Bali tidak digelar karena bertepatan dengan suasana kampanye Pemilu Legislatif, untuk menghindari hal-hal yang dapat mengganggu keamanan. Tapi beberapa desa di Bali/luar Bali ada yang menggelar/meniadakan pawai ogoh-ogoh tergantung kondisi daerah setempat. Di Bali Ogoh-ogoh digelar di Desa Kuta, Badung dan beberapa desa lainnya di Bali. Sedangkan, di luar Bali Ogoh-ogoh juga digelar di beberapa daerah lainnya di Indonesia yang ada komunitas umat Hindunya.

Ogoh-ogoh sebagai Ekspresi Seni Budaya
Ogoh-ogoh merupakan wujud kreatifitas seni budaya Bali dari anak-anak muda umat Hindu yang tergabung dalam organisasi Teruna-teruni di masing-masing Banjar/Desa.  Ogoh-ogoh adalah ekspresi simbol mahluk jahat dan binatang berwujud seram dan menakutkan yang dapat menggangu isi alam.

Seperti halnya desa-desa lainnya di Bali, tahun 2008 lalu di desa wilayah penulis pawai Ogoh-ogoh digelar. Anak-anak kecil laki-perempuan sampai orangtua mengusung dan menarikan Ogoh-ogoh sembari bersorak-sorai diringi api obor dan berbagai  gamelan tradisional diantaranya baleganjur bertalu-talu. Suasana malam turut memberikan nuansa religisus dan seram dari jenis Ogoh-ogoh yang diusung.

Tak ada siratan wajah lesu dari para penggusung dan pengikut pawai meski cukup berat beban berjalan dan menggusung beratnya Ogoh-ogoh menggelilingi wilayah Desa/Banjar. Mereka sangat semangat dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya seperti tak ada beban. Penonton yang memadati hampir sepanjang jalan raya juga memberikan support kepada peserta pawai Ogoh-ogoh. Juga, penonton tertawa terpingkal-pingkal ketika peserta pawai menampilkan adegan-adegan lucu dan Ogoh-ogoh lucu.

Masing-masing Ogoh-ogoh yang ditampilkan diberikan identitas nama Ogoh-ogoh diantaranya Buta Ijo Bergolo, Kala Turangga dll. Setelah seelesai pawai, Ogoh-ogoh di-preline (dibakar) yang memiliki makna agar Ogoh-ogoh yang berwujud seram dan menakutkan tidak dapat menggangu keseimbangan alam.

Lama pembuatan satu Ogoh-ogoh mencapai seminggu sampai dua minggu dengan biaya berkisar Rp 2-3 juta tergantung jenis besar-kecilnya Ogoh-ogoh dibiayai dari masing- masing banjar melalui kas banjar atau donator. Pawai Ogoh-ogoh sekaligus menjadi obyek wisata bagi wisatawan mancanegara/nusantara.

                           Penulis, Dinas di Diskominfo Kab. Karangasem

Label:

Geliat Seni Tradisional Bali Ditengah Media Modern


Oleh: I Komang Pasek Antara

Perkembangan teknologi informasi-komunikasi  akhir-akhir ini mampu menmebus batas  jarak sosiologis semakin dekatdan mempercepat aktivitas penyebaran informasi.Sebagai bagian evolusi peradaban manusia tentu perkembangan itu akan mempengaruhi kondisi soial budaya yang ada di Indonesia.Akan tetapi pada kenyataan ditengah perkembangan teknologi komunikasi yang demikian pesat, teknologi berakar pada adat dan  budaya atau teknologi tradisional  masih tidak bisa dilupakan dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Teknologi komunikasi tradisional atau media tradisional yang masih mendapatkan tempat dihati masyarakat, salahsatunya berwujud seni pertunjukkan tradisional atau pertunjukkan rakyat.
Hampir semua semua suku bangasa di negara ini memiliki seni pertunjukkan rakyat. Kondisi ini tetntu memberikan vibrasi saluran desiminasi informasi karena memiki ikatan sosikultural yang melekat direlung hati masyarakat.
Di Pulau Dewata,  Bali, kegiatan seni pertunjukkan tradisional dapat dibilang hampir tak dapat dipisahkan dengan aktivitas sosioreligius masyarakatnya.
Ritual mayoritas penduduknya pemeluk agama Hindu jelas sangat kental dengan nunsaseni pertunjukkan tradisional, Tak heran jika kemudian seni pertunjukkan seni tradisinal Bali  masih terasa   dan dapat eksis bahkan telah mengembang menjadi   bagian dari kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta menarik bagi bagi pengembangan pariwisata.
Ragam Pertunjukkan Rakyat Bali
Beberapa seni pertunjukkan rakyat yang tumbuh dan hidup di Bali memiliki peran strategis,. Bnyak diantara ragam pertunjukkan juga telah dikembangkan sebgai wahana desiminasi informasi timbal balik antarpemeritah dengan masyarakat.
Banyak pula informasi pembangunan diantaranya: bahaya Narkoba/HIV/Aids bagi kesehatan,  manfaat Koperasi sebagai sokoguru pembangunan, bahaya sampah plastik terhadap lingkungan dan lainnya disebarluaskan  lewat seni rakyat ini.
Beberapa Sekehe (organisasi) seni pertunjukkan  yang sering tampil di masyarakat baik dalam serangkaian upacara agama/adat maupun resmi (non agama/adat) diantaranya: Bondres, Wayang Kulit, Genjek, Cakepung, Arja, Drama Gong, Sendratari  dll.
Seni pertunjukkan tersebut mampu menyampaikan pesan dengan berbagai cara: ucapan, gerakan, kata-kata dan gambar.
Para seniman melalui media pertunjukkan tradisional  memiliki talenta mengolah dan menginformasikan konsep-konsep pembangunan pesanan dari semua pihak dengan cara menghibur tanpa menghilangkan  alur ceritera dan pakem utamanya.
Topeng Bondres
Bondres salahsatu seni tarian topeng yang diiringi gamelan gong kebyar atau geguntangan, penarinya/pemainnya 3 – 4 orang laki/perempuan.
Masing-masing pemain memerankan tokoh peran  sesuai alur skenario dengan materi pesan-pesan pembangunan yang disampaikan kepada publik. Masing-masing tokoh peran dalam Topeng  Bondres memiliki nama seperti: Penasar, Ujil, Prabu, Desak Rai dan Liku.
 Ada peran wanita dilakoni pria, dan beberapa penampilan pisik pemain negenakan topeng berwajah lucu, sehingga dalam pementasan unsur hiburan lawakan sangat mendominasi.
 Kritik dan saran yang menggelitik kepada publik dan pihak lain kerap disampaikan dengan kemasan rapi, sehingga pihak-pihak tertentu tidak merasa “ditelenjangi”.
Dibandingkan dengan seni pertunjukkan lainnya yang ada di Bali, seni Topeng Bondres paling laku untuk hiburan masyarakat sekaligus penyebarluasan informasi pembangunan, karena komunikatif dan singkat.
Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangaasem, Provinsi Bali, setiap tahun dalam kegiatan penyebarlausan informasi pembangunan kepada masyarakat di pedesaan.
Selain menggunakan media elektronik dan cetak, juga memanfaakan media seni tradisonal  Bondres. Dalam pementasannya,  para pemain Bondres sekaligus memerankan sebagai moderator dalam tanyajawab antara pemerintah sebagai narasumber (instansi terkait) dengan penonton/masyarakat sebagi penerima informasi.
Pesan materi yang disampaikan menggunakan bahasa masyarakat setempat yang komunikatif, campuran daerah-nasional yang mudah dimengerti masyarakat.
Cakepung
 Seni Pertunjukkan Rakyat Tradisioanal Bali lainnya seperti  Cakepung kerap dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem, Bali dalam penyebarluasan informasi pembangunan kepada masyarakat sekaligus hiburan.
 Cakepung salahsatu seni satu-satunya di Bali hanya ada di Kabupaten Karangasem dan Lombok-Nusa Tenggara Barat. Cakepung Karangasem cukup populer dan pernah ikut festival seni pertunjukkan rakyat di Jakarta sekitar tahun 1980-an.
Saking populernya seni Cakepung sekitar tahun 1990-an, beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Karangasem ikut menjadi pemain seni Cakepung sebagi bukti menjadi contoh pelestari seni.
Cakepung berasal dari kata  Encep dan Pung. Encep berarti perpaduan antara tabuh, irama dan tari yang harmonis dan rapi. Pung berarti tiruan dari suara salahsatu perangkat  gamelan gong.
Jumlah pemain Cakepung sekitar 10 – 15 orang laki-laki mengenakan pakaian khas adat Bali duduk melingkar.  Irama lagu yang dilantumkan dalam pementasan adalah tiruan bunyi alat-alat gamelan Bali yang disuarakan lewat mulut oleh seluruh pemain.
Seperangkat alat gamelan yang ditirukan adalah  kendang, rincik, jegog, kempur dll. Perpaduan bunyi tersebut angat harmonis kedengarannya. Dalam pementasanya juga ada dilantumkan  pembacaan naskah lontar yang berkaitan dengan sejarah.
Selingan pesan-pesan pembangunan dapat disampaikan pada bait terakhir dari irama lagu Cakepung, yakni seorang pemain Cakepung menari di tengah-tengah lingkaran sembari melagukan lelakaan (pantun) seperti program Keluarga Berencana dan Pancasila.
Berikut kutipan pantun:
Panak biu di Desa Samuh
Panak curik di  Abian Aya
Panak liu mekadi  inguh
Panak abedik mekada sadia

Artinya:
Anak pisang di Desa Samuh
Anak jalak di kebun Aya
Anak banyak membuat bingung
Anak sedikit membat bahagia

Ke Desa Kastala meli kekara
Ke Desa Selumbung meli nasi
Pancasila dasar negara
Ngiring jungjung sareng sami

Artinya:
Ke Desa Kastala membeli kekara
Ke Desa Selumbung membeli nasi
Pancasila dasar negara
Mari kita jungjung bersama
(Naskah Sarasehan Karya Wisata Budaya Kowilhan III)

Wayang Kulit
Seni pertunjukkan wayang kulit hampir dimiliki oleh suku bangsa di tanah air. Di Bali pertunjukkan wayang kulit tidak saja tampil dalam kaitannya dengan ritual kegamaan, tetapi juga ajang hiburan semata sebagai media pembawa pesan-pesan publik yang disekenariokan  oleh kidalang.
Wayang Bali pesan-pesan publik diperankan oleh tokoh-tokoh  punakawan: Delem, Sangut, Merdah, Tualen dan lainnya. Tokoh tersebut paling dominan menyampaikan pesan sosial yang dibungkus humor.
Di Bali, sekarang sedang ngetrend pertunjukkan Wayang Cenkblonk dengan dalang jebolan Institut Seni Indoensia Bali,  I Ketut Nardayana,  karena disamping kualitas Sang Dalang yang tinggi dalam memainkan wayang, juga sarana pendukung pertunjukkannya modern menggunakan kelir lebar, efek tata suara, dan tata lampu  listrik yang canggih. Jok-jok segarnya kerap menyentil pihak tertentu.
Genjek
Genjek, seni pertunjukkan rakyat Bali mirip seni Cakepung yang sejak 10 tahun terakhir ini sempat ngetop di bumi Bali, dapat dipakai media penyaluran informasi pembangunan kepada masyarakat.
Belum lama lembaga Badan Narkotika Daerah Kabupaten Karangasem pernah membuat lomba pagelaran Genjek se-Kabupaten Karangasem dengan topik bahaya Narkoba.
Lagu-lagu yang disampaikan oleh pemain Genjek wajib melantumkan lagu yang materinya mengajak masyarakat menghindari bahaya narkoba terhadap kesehatan.
Genjek tergolong seni suara kombinasi gerak tari dengan iringan gamelan tradiosnal. Para pemain  semuanya laki-laki sekitar 10-15 orang duduk melingkar menyanyikan lagu-lagu dipadukan harmonis dengan suara gamelan tiruan dari mulut para pemain.
Drama Gong dan Sendratari
Drama Gong, seni drama pertunjukan rakyat yang diringi seperangkat gamelan Bali. Berbagai materi ceritera tradisional/kontemporer dapat diangkat dalam pementasan.
 Pesan-pesan publik disampaikan oleh para punakawan. Nama punakawan tidak tetap seperti punakawan dalam wayang kulit dan Bondres, tergantung dari organisasi Drama Gong bersangkutan memberikan nama sesuai ceritera.
 Nama punakawan dalam Drama Gong diambil dari istilah yang mengandung makna lucu, diantaranya: Dolar, Petruk, Gangsar, Gingsir, Dabdab, Moleh, Mongkeg.
Pertunjukkan Seni Drama dan Tari (Sendratari) personil pemainnya lebih banyak mencapai 50 – 100 orang dibandingkan  dengan seni pertunjukkan lainnya di Bali.
Tema ceritera biasanya diambil dari kisah pewayangan. Para pemain dipanggung hanya melakukan gerak/tari sesuai tokoh yang diperankan.
Sedangkan, semua dialog dari alur cerita diatur oleh Sang Dalang termasuk pesan-pesan publik disampaikan.
            “Menyelam Sambil Minum Air”
Kepala  Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangaasem, Ir. Gde Ngurah Yudiantara, M.M. dalam kegiatan pembangunan informasi-komunikasi selalu menggunakan saluran media seni tradisional sebagai penyebar informasi pembangunan ke masyarakat disamping media cetak dan elektronik. Menurut dia, media tradiosional lebih familiar, komunikatif dan akrab  dihati masyarakat.
Agar penyebaran informasi lebih efektif ke masyarakat, pihaknya memanfaatkan kesempatan saat di masyarakat ada kegiatan adat/keagamaan/sosial ikut nimbrung menggelar pertunjukkan seni untuk menghibur sekaligus menyampaikan pesan-pesan pembangunan. “menyelam sambil minum air,” katanya.
 Biasanya, sebelum seni pertunjukkan mulai digelar, terlebih dahulu ditanyangkan  film berdurasi singkat materinya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh para seniman melalui pertunjukkannya.
        Penulis, Pegawai pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem




Label:

Seni Gamelan Penting Khas Karangasem yang Nyaris Punah Bangkit Kembali



Oleh Komang Pasek Antara

Di Karangasem dikenal banyak memiliki gamelan (seni musik) khas dan langka di Bali, beberapa diantaranya Gong Beruk di Desa Bangle, Kecamatan Abang dan Reong Bambu di Desa Telun, Wayah Kecamatan Sidemen. Adakah seni pertunjukkan khas dan langka lainnya yang ada di belahan ujung timur pulau Dewata ini?. Jawabnya ada.

Di Karangasem ada lagi satu-satunya seni gamelan khas dan langka yang diberi nama “Penting”. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun seka dan pernah beberapa  kali tampil di televisi dan unjuk gigi di PKB.   Namun setelah beberapa tahunnya  gaung Penting mulai menghilang, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia. Disamping itu desakan dari kesenian modern semakin menggilas eksistensi kesenian tradisional seperti Penting ini. Ditambah lagi belum banyak keberpihakan media masa seperti radio, televisi kepada kesenian ini, seperti  semakin membenamkannya. Bahkan pada dasa warsa terakhir ini musik modern telah banyak  melanda anak-anak muda kita sebagai pewaris budaya Bali. Nampaknya semakain mengubur kesenian Penting ini kedalam liang kematiannya yang paling dalam.

Ditengah keterpurukan kesenian ini, muncullah Seke Penting Merdu Komala yang bermarkas di Amlapura. Sesungguhnya Seka Penting Merdu Komala bukanlah seka yang baru. Cikal bakal seka ini adalah sekeha Penting “Sinar Iswara” dari Celuk Negara yang eksis sejak tahun 1980-an dikoordinir seorang seniman jebolan Asti Denpasar yang kini guru SMAN 1 Amlapura, I Ketut Bawa,S.Pd. Sayang, pancaran sinar sekenya telah redup dan langsung bubar. Entah kenapa Seka Penting itu bubar. Padahal seka tersebut saat itu sering tampil dihadapan publik baik konsumsi lokal saat ada kegiatan upacara adat/agama maupun untuk turis.Sesudah itu  muncul lagi  Seke Penting muncul di Karangasem binaan Puri Gede Karangasem koordinator Ida Bagus Jaya Negara, S.H.

Dilandasi kesadaran dan keinginan untuk melestarikan kesenian ini, maka bergabunglah seniman-seniman penting asal Celuk Negara dengan Batan Ha.  Tokoh-tokoh tersebut diantaranya almarhun I Ketut Jelantik asal Batan Ha,  Almarhum I Nyoman Sara asal Celuk Negara, I Wayan Yuda asal Celuk Negara. Dengan menggunakan sisa-sisa  peralatan seadanya, ketiga tokoh ini dengan tekun, dan penuh dedikasi membina sekelompok anak muda, untuk menghidupkan kembali seka Penting Celuk Negara tersebut.

Rupanya kerja keras para seniman tua tersebut tidaklah sia-sia. Tahun 2004 lalu atas prakarsa I Wayan Widana, S.Sos,  I Gusti Komang Teges, S.Pd  dan I Made Widastra  mengumpulkan sekelompok anak muda yang mempunyai kesamaan idealisme, yakni melestarikan kesenian Penting yang sarat nilai sejarah dengan keunikannya ini.

Karena kesamaan idealisme inilah maka tepatnya  tanggal 29 September tahun 2007 lalu, mereka bersepakat untuk membentuk organisasi seka yang lebih permanen. Diberina nama Merdu Komala dibawah pimpinan I Wayan Widana,S.Sos. Nama seke tersebut mengambil nama sebuah seni sastra pupuh wirama/sekar agung.
 
Eksistensi Seke Penting Merdu Komala
Eksistensi Penting di Karangasem sejak dibangkitkan kembali dalam sebuah seke Merdu Komala, pihaknya seperti dikatakan Wayan Widana, S.Sos telah melakukan suatu kegiatan yaitu: 1) Pelestarian alat  secara fisik berupa pelestarian perangkat istrumen penting; 2) menggali gending-gending asli Penting; 3) menggali sejarah kesenian penting secara lebih mendalam;              4) pengembangan alat  fisik meliputi: mengembangkan dan menyempurnakan bentuk disain dan ornamen penting, dan  non fisik dilakukan pengembangan terhadap gending-gending yang ada, memaksimalkan kekayaan nada yang dimiliki sehingga tercipta gending-gending khas penting;

5) mensosialisasikan melalui media maupun pementasan-pementasan, baik sebagai balih-balihan (hiburan), maupun dalam rangkaian upacara agama/adat. Serta mengikuti event-event seperti:   Pesta Kesenian Bali, mengisi acara pada perayaan hari-hari besar nasional, menyambut tamu atau kunjungan dari pejabat negara. Seke Penting Merdu Komala  turut serta tampil dalam PKB Bali tahun 2010 baru-baru ini di Taman Budaya Denpasar.

Tampilan gamelan Penting di PKB Bali mendapat apresiasi dari penonton termasuk seniman Prof. I Made Bandem dan Prof. Dr. I Wayan Dibia. I Wayan Widana, S.Sos. koordinator Seke Penting Merdu Komala menirukan komentar Prof. I Made Bandem,  Seka Penting Merdu Komala  sangat unik, khas dan telah mengadakan terobosan baru.

Penting Jenis Musik Gesek
Apa dan bagaimana seni Penting itu? Penting adalah alat musik yang tergolong sapta nada sehingga dapat memainkan lagu-lagu baik dengan dasar pelog maupun selendro, bahkan gabungan diantara keduanya. Dengan demikian Penting dapat memainkan gending-gending pegongan, peangklungan dan pejogedan, dan dapat difungsikan dalam berbagai upacara yadnya.

Cara memainkan alat ini yaitu dengan menggesek/menyentil berbalas naik dan turun secara berulang-ulang pentang (dawai) menggunakan alat yang disebut pengotek (vics) yang terbuat dari kulit penyu atau lembu. Untuk menghasilkan nada yang diinginkan harus menekan pengonjet/pekocet (tuts) terlabih dahulu. Ketika pertama kali diciptakan, alat ini hanya bisa dimainkan dengan duduk bersila yang diletakkan di atas kedua paha. Tapi kini setelah diinovasi oleh seka Penting Merdu Komala, alat ini  bisa dimainkan sambil berjalan kaki.

Historis Penting di Karangasem
Belum ada yang tahu pasti sejarah penting. Beberapa tokoh penting yang pernah penulis temui, seperti Ida Bagus Jelantik, tokoh seni penting yang tinggal di Karang Sidemen Amlapura, menurut beliau seni gambelan penting yang ada di Karangasem ini merupakan persebaran dari Klungkung ketika adanya upacara besar di Besakih. Menurut I Ketut Jelantik (almarhum) asal Batanha, penting berasal dari Pulau Jawa kemudian menyebar ke Bali lanjut menyebar ke Lombok. Pihak lain ada menyebut, Penting berasal dari Negara tirai bambu Cina.

Sedangkan menurut seniman alumnus Program Studi Seni Rupa dan Desain Unud Denpasar, AA. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn yang tinggal di Puri Kaleran Karangasem mengatakan, konon kesenian ini sudah muncul di Karangasem sejak jaman penjajahan Belanda. Pada saat Pemerintah Belanda menyelenggarakan sebuah perhelatan kesenian yang diberi nama Ngeraja Kuning, semacam pawai kesenian, mirip Pesta Kesenian Bali, ditujukan untuk menghormati Ratu Belanda. Pada saat itulah kesenian ini muncul, bersama dengan kesenian Rebane. Kesenian ini juga pernah dipentaskan, pada saat Raja Karangasem menyelenggarakan Karya Ligia  tahun 1930 lalu bersama kesenian Rebana dan Tari Rodat. A.A. Gede Krisna Dwipayana, S.Sn. yang juga perajin Penting mengatakan, diperkirakan sejak jaman penjajahan Belanda Penting berkembang dari Lombok, NTB dan masuk ke Karangasem bersamaan dengan seni Cakepung, Rebana dan Wayang Sasak.

Terlepas dari mana asal mula terciptanya kesenian penting ini, yang jelas pelaku-pelaku kesenian Penting di Karangasem telah menginovasinya ke dalam sebuah seke khusus kesenian penting, seperti yang dilakukan oleh Seka Penting Merdu Komala. Mungkin satu-satunya di Bali.








Penting dalam  Kolaborasi
Dahulu sejak  diciptakannya gamelan Penting hanya dimainkan tersendiri, tapi kini, bisa dimainkan secara barungan (group) seperti yang dilakukan oleh Seke Penting Merdu Komala yaitu dilengkapi dengan 1 buah rebab, 1 buah gong pulu, 2 buah kendang (lanang- wadon), 1 buah cengceng, 4 buah suling, 1 buah kajar/tawa-tawa, 1 buah kempul, 1 buah kemong dan sendon serta 7 buah Penting.Setiap kali melakukan pementasannya seka ini pernah berkolaborasi dengan seperangkat alat slonding dan gerantang, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.

 Sungguh gaung suaranya seperti seperangkat gong kebyar. Diantara kombinasi alat-alat gamelan tersebut, nyaringnya suara Penting tetap dominan.  Seka Penting Merdu Komala telah mampu mengiringi tari-tarian lepas meliputi: penyembrama, puspanjali, pusparesti, baris wirayuda, oleg tamulilingan, margapati, panji semirang, tenun, manuk rawa, kebyar duduk, tabuh-tabuh topeng. Sedangkan tabuh/gending-gending telah diciptakannya yakni: pategak merdu kumala, kembang jogged, jogged wenara konyer, jogged jaran rarad, kreasi raga kusuma, pategak pepentingan, pategak pegongan dan petegak peangklungan.

Pelestarian dan Pengembangan
Pengembangan dan pelestarian gamelan Penting menjadi perhatian pokok bagi semua pihak. Salah satunya harapan I Wayan Widana,S.Sos pentolan seniman Penting selaku koordinator Seke Penting Merdu Komala, agar pihak instansi pemerintah/swasta dapat membantu untuk pelestarian dan pengembangannya agar dijadikan ikon Kabupaten Karangasem. Pihaknya siap ngaturang ngayah (pengabdi) untuk pentas kapan dan dimana saja.

Kekhawatiran kita termasuk pentolan seniman Penting A.A. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn, dari Puri Kaleran Karangasem mengharapkan Penting yang langka ini tetap dipentingkan oleh semua pihak, tidak akan punah ditelan masa, dan tidak dipatenkan oleh pihak lain.
                            Penulis, beridinas di Diskominfo Kab. Karangasem

Label:


KAIN TENUN NUSANTARA DAN SIMBOLIKNYA
                     Kain Geringsing Tenganan Penolak Bahaya
Oleh Komang Pasek Antara

Ketika orang tua, Kakek/Nenek kita bercerita tentang kulit kayu sebagai pakaian (alat pelindung tubuh) manusia pada jaman dahulu, beliau selalu mengucapkan, bahwa kita yang masih hidup ini harus bersyukur, karena kita bisa mengolah dan mampu mengembangkan sumber daya alam menjadi kain (tekstil) seperti yang kita pakai sekarang ini, sebagai pengganti kulit kayu.Terenyuh!

Selain kain batik yang kini telah mendapat pegakuan dunia hasil hak cipta produk Indonesia, kita juga mengenal produksi kain (tekstil) lain yaitu kain tenun tradisional. Salah satunya kain tenun tradisional, produk budaya manusia di berbagai belahan dunia telah dikenal sejak 5000 tahun SM.
Juga sejarah kerajinan tenun, jauh sebelum jaman batu dikenal kain Tenun Wol dikenal pada zaman perunggu di Eropa Utara. Sedangkan kain tenun sutra produk bangsa Cina, dikenal jauh sebelum tahun 500 SM. Adapun negara-negara yang pertama kali menghasilkan kain tenun adalah Cina, India, Mesir. Untuk di Indonesia, kain tenun dikenal sejak masa Neolitichum tahun 2000M. dibawa orang lewat Asia Tenggara.

Kain Tenun Indonesia Paling Kaya di Dunia
Tekstil berasal dari kata texere yang diartikan menenun. Dalam arti luas, tekstil tidak terbatas pada hasil tenun saja, tetapi juga termasuk melalui proses menganyam, merajut, merenda. (Ensklopedi, 1990 : 169). Proses difusi sistem pengetahuan, salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal itu, telah lama diterima dan dikembangkan oleh masyarakat di seantero Nusantara dengan berbagai corak/khas yang berbeda-beda hasil adaptasi alam budayanya, seperti kain tenun: Lombok, Bali, Minangkabau, Jawa, Sumba dan lain-lainnya.
Memang indah dan menarik kain tenun Nusantara (Indonesia). Seorang pengamat tekstil, Joseph Fisher dalam bukunya Threads of Tradition : textiles of Indonesia and Serawak , menyatakan bahwa seni tenun yang paling kaya dan canggih yang pernah ada di dunia dihasilkan di Indonesia.
Juga menurut catatan Ensklopedi Indonesia 1990:243, dalam pameran kerajinan internasional yang diikuti oleh dua belas negara di Jakarta 1985, tenun ikat Sumba (Nusa Tenggara Timur) dinilai dan disyahkan sebagai tenun terbaik serta diberi penghargaan tertinggi.
Kini, eksistensi kain tenun di masyarakat, bukan saja untuk estetika, status sosial, pelindung tubuh dari pengaruh alam, tetapi telah berevolusi yang diapresiakan oleh suatu sistem, yaitu simbol.
 Simboliknya tersebut dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat bersangkutan sejak dikenalnya kain tenun tradisional, baik dalam hubungan secara vertikal maupun horisontal, dan selalu dikaitkan dengan pelaksanaan konsep sosio religi, seperti busana adat, upacara inisasi, alat tukar menukar, hadiah dan lain-lainnya. Di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Lombok, kain kembang Komak memiliki simbol yaitu dibawa oleh gadis saat akan menikah untuk selimut tidur.
Umumnya waktu itu, masyarakat Sasak di Lombok, melangsungkan pernikahan pada musim dingin, yaitu saat pohon komak (kara) berbuah.
Sedangkan untuk Bali, tepatnya di Desa Tenganan Pegeringsingan, Karangasem-Bali dikenal kain tenun tradisional geringsing dengan proses teknik ikat ganda. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kain yang memiliki beberapa bentuk corak itu, sebagai simbol untuk busana adat/religi dan nilai magis guna penolak bahaya. Hal itu dapat disimak dari nama kainnya, yaitu geringsing. Geringsing, asal kata gering (bahaya/malapetaka) dan sing (tidak), berarti tidak berbahaya. Jadi, dengan mengenakan busana kain geringsing tersebut akan terhindar dari malapetaka.
 Perlu diketahui, disamping proses pembuatan sangat lama hingga setahun lebih, juga pewarnanya dari tumbuh-tumbuhan, serta harganya sampai jutaan rupiah.
Di Sumba Timur (Nusa Tenggara Timur), tenun ikat (hinggi) sebagai simbol orang hidup. Contoh, bila seorang istri akan melahirkan bayi tanpa didampingi suaminya, secara psikologis istri menjadi resah mengakibatkan si anak sulit lahir. Oleh karena itu, kain selimut (tenun), bisa dianggap mewakili sang suami, sehingga bayi akan cepat lahir Pada suku bangsa Dayak  Benuaq di Kalimantan Timur, dulu kain tenun mempunyai kekuatan magis. Misalnya, seorang (petani) memakai jaket (pakaian) motif burung sewaktu mengolah ladang, akan mengakibatkan hasil produksi tanamannya mengikat

Wanita dan Museum
Beberapa daerah di pedesaan maupun perkotaan di negara kita, kain tenun tradisional identik dengan wanita (simbol wanita). Tradisi itu, biasanya mengalir secara turun-temurun dalam suatu keluarga yang cenderung merupakan kerja sambilan diantara deru kesibukan suatu rumah tangga sehari-hari.
Bagi kaum Kartini, sebelum mereka memasuki gerbang rumah tangga, hendaknya sudah mampu membuat kain tenun. Hal itu, dimaksudkan untuk bekal memasuki proses kehidupan berkeluarga. Lewat belaian jemarinya yang lentik, lahirlah lembaran gulai berbagai macam motif seperti: bunga, sulur, fauna, flora, geometris, identitas mereka sendiri dan lain-lainnya.
Tampaknya dilapangan, proses kreatifitas sosial tenun tradisional rambahannya tidak seperti proses pendidikan kursus-kursus yang menjamur di masyarakat, seperti komputer, akuntasi, bahasa asing, menjarit dan lain-lainnya.
Meski gerakannya hanya dalam lokalitas tertentu (tidak banyak masyarakat terlibat dibandingkan dengan kursus-kursus tadi), tetapi masih mampu bicara sebagai primadona khas bangsa Indonesia melalui kreasi-kreasi dan fungsi sosial.
Wujud perkembangan perstektilan (kain tenun) itu, tidak terbatas untuk kualitas dan kuantitas saja. Lebih dari itu, untuk melestarikan budaya bangsa, Museum berfungsi sebagai media penyimpan, pemelihara, serta informasi ilmu pengetahuan. Di negara kita , Indonesia  telah memiliki Museum Tekstil di Jakarta yang berdiri tahun 1976. Di Museum, kita tahu banyak tentang tekstil.
                                    Penulis, bertugas di Diskominfo Kab. Karangasem