“BLAYAG MEK SAMBRU”, LEGENDARIS KULINER KARANGASEM DIUSULKAN MENJADI WARISAN BUDAYA TAK BENDA INDONESIA
Konsistennya sosok perempuan Mek Sambru selama setengah abad lebih tepatnya 55 tahun melestarikan kuliner blayag Bali khas Karangasem, membawa dirinya menuai apresiasi akan diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Karangasem menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) tahun 2021 mendatang. Tradisi kuliner blyag ala Mek Sambru telah dilakoni melalui jualannya mulai puluhan tahun lalu, pasca Gunung Agung meletus tahun 1963 lalu.
Pengambilan gambar untuk WBTB meliputi aktivitas keseharian Mek Sambru jualan blayag dan proses pembuatan blayag melalui shooting video telah dilakukan sejak seminggu terakhir ini oleh tim dokumentasi Disbud Karangasem sebagai persyaratan pendafatarn WBTBI ditempat tinggal rumahnya Mek Sambru di Pondokan, Jalan Lettu Alit Amlapura, Lingkungan Batanha I, Kelurahan Karangasem.
Bagi warga Karangasem, nama Mek Sambru dengan jualan blayag khas Karangasem sangat legendaris. Namanya melekat dihati publik pencinta kuliner khas Karangasem, bahkan sampai diluar Karangasem. Kerap mendapat orderan ke luar Karangasem, yakni Denpasar, Kuta, Nusa Dua dan tempat lainnya di Bali saat acara pesta perkawinan dan kegiatan lainnya.
Mek Sambru yang memiliki nama asli Ni Made Resti, kini usianya telah menapak mulai senja 78 tahun, namun tak pernah surut untuk tetap beraktivitas melakoni ekonomi ngais rejeki kendatipun pandemi Covid-19 masih melandanya.
Kekhasan Blayag Mek Sambru tiada duanya, terbuat dari helain janur diisi beras lanjut melalui proses perebusan hingga matang. Kemasan dari bahan busung (janur) itu menjadikan aroma blayag menjadi terasa nyangluh dan enak.
Keunggulan yang menjadi kekhasan jualan Blayag Mek Sambru dikombinasikan dengan berbagai jenis menu, yakni nasi dimasak menggunakan sarana tradisional kuskusan (ulatan bambu) sehingga menambah rasa kulen nasinya. Juga tambahan menu lauk dan sayur racikan bumbu Bali khas daerah Karangasem Bali, yakni pemelicingan, plalah, base gede, rajang diantaranya ada be siap (daging ayam) toktok, sate ayam serapah mesanten kentel, tempe lalah (pedes)-manis, tempe mesanten, aneka sayur urab/olah dipadu dengan kacang-saur dan sambel pemelicingan dll. Ragam jenis makan Bali itu menjadikan kuliner Mek Sambru terkenal memiliki ciri khas tersendiri pas di lidah masyarakat Bali.
Salahsatu pegiat media sosial di Bali, “Bale Bengong” pimpinan Luh De Suriyani, tahun 2019 lalu dalam unggahannya di media sosial menobatkan blayag Mek Sambru masuk sepuluh besar perempuan legenda kuliner Bali. Sembilan perempuan legenda kuliner Bali lainnya, yakni “Tahu Dadong Songkeng” di Pejeng, Gianyar, “Ayam Betutu Men Tempeh” di Gilimanuk, “Tahu Odah Sarti” di Sukawati, Gianyar, “Catering Nyonya Warti” di Bueleng, “Bu Mangku Nasi Kedewatan”, Gianyar, “Sate Mandira Dadong Rengkeng” di Desa Sengkidu, Karangasem, “Sup Ikan Goreng Mek Beng” di Sanur, “Made’s Warung” di di Kuta, Badung dan “Babi Guling Bu Oka” di Ubud, Gianyar.
Bincang-bincang dengan penulis, memek yang nama kerap disapa Mek Adek itu, sejak awal berjualan blayag lokasinya di Jalan Gajahmada Amlapura hingga sekarang.
Awalnya semasih tenaganya kuat kerja, dia jualan pagi sampai malam hari di lokasi tempat yang berbeda tetapi masih di Jalan Gajahmada Amlapura. Pagi hari sampai siang lokasi jualannya di sebelah timur di rumah Kumpulan kompleks tempat rumah tinggal warga Tionghoa, sedangkan sorenya sampai malam berjualan di tempatnya sekarang ini di sebelah barat jalan, di depan Pura Puseh Desa Adat Karangasem.
Selain makanannya yang lezat dan tempat jualannya yang strategis di pusat kota memanfaatkan emperan toko, memberi kesan makanannya sangat merakyat terjangkau para pelanggannya dari semua kalangan sehingga jualan Mek Sambru sangat laris manis, namun tetap hegienis dengan protokol kesehatan Covid-19, jaga jarak menggunakan masker dan cuci tangan,
Legenda blayag Mek Sambru, adalah generasi kedua yang diwariskan alamarhum orang tuanya, ibunya, Ni Nyoman Sangri. Generasi pewaris selanjutnya masih menjadi tanda tanya, siapa gerangan akan melanjutkan, karena Mek Sambru perkawinan dengan suaminya I Nyoman Gunung tidak memiliki keturunan. Tapi katanyaMek Sambru banyak keluarganya yang dapat melanjutkan jualannya. Keseharian persiapan jualannya dibantu oleh sang suami, I Nyoman Gunung, iparnya, Ni Nyoman Sukri dan ponakannya, Ni Wayan Tapti. “Dumugi tyang panjang umur kantun kuat mersidayang meadolan (semoga saya umur panjang masih kuat juaan” katanya Mek Sambru di tempat jualannya.
Saat Mek Sambru selama tiga bulan tidak berjualan karena suasana pandemi Covid-19 banyak konsumen pelanggannya rindu menanti jualan blayagnya, hingga menanyakan ke rumah, “bin pidan medagang Mek (kapan jualan Mek),” katanya Mek Sambru menirukan pelanggannya. Setelah suasana kenormalan baru, Jumat, 19 Juni 2020 Mek Sambru kembali jualan, pelanggananya pun mulai ramai datang menikmati blayag racikan Mek Sambru.
Sejak pandemi Covid-19 Mek Sambru sudah mulai buka jualan lebih awal dari biasanya pukul 12.00 Wita sampai pukul 20.00 malam. Sehari jualan Mek Sambru bisa mengabiskan 150-200 buah blayag, 5 kg. nasi dan 5 ekor potong ayam.
Pelanggan setia blayag Mek Sambru, Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum, Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Unud, Bali, dihubungi melalui whatsapp menuturkan, setiap pulang kampung ke Desa Seraya, Karangasem, tidak pernah melewatkan, selalu mampir menikmati kuliner blayag Mek Sambru. “Kuliner Mek Sambru memang legenda rasa, rasa khas blayag dengan paduan ayam toktok pemelicengin mesantan bumbu Bali has Karangasem. Silahkan yang belum pernah menikmati balayag Mek Sambru, dijamin ketagihan,” katanya Gde Nala.
Pelanggan setia lainnya Mek Sambru, Ni Nyoman Manik dan I Wayan Witarsa, warga Karangasem yang tinggal di Jalan Bhayangkara, Amlapura, Kelurahan Karangasem, ditemui belum lama ini saat belanja di Mek Sambru, menuturkan kepada penulis, dirinya merasa senang "Mek Sambru" jualan kembali setelah tiga bulan tutup akibat pandemi Covid-19. “Rindu makanan legendaris blayag khas Mek Sambru,” katanya Witarsa.
Bendesa Desa Adat Karangasem, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Karangasem, I Wayan Bagiarta, pelanggan setia Blayag Mek Sambru, melalui whatsapp menyampaikan, mengapresiasi Pemkab Karangasem mengusulkan Blayag Mek Sambru menjadikan WBTBI tahun 2020. Blayag Mek Sambru, tulis Bagiarta, sudah puluhan tahun tetap mempertahankan sebagai pelestari citarasa ketradisionalan bumbu Balinya khas Karangasem yang tidak ada duanya.
Diusulkannya Blayag Mek Sambru menjadi WBTBI, menurut Kepala Seksi Pelestarian Tradisi dan Pengelolaan Potensi Budaya Disbud Karangasem, Ni Made Suastini, Blayag Mek Sambru, telah melegenda dikenal publik, puluhan tahun secara turun temurun menekuni melestarikan tradisi kuliner Bali khas Karangasem. “Citarasa racikan bumbu Blayag Mek Sambru memang enak, juga pelanggannya sangat banyak,” katanya Suastini.
Suastini mengatakan, 13 budaya Karangasem yang telah lolos WBTBI yakni, Geringsing Tenganan, Terteran Jasri, Gebug Ende Seraya, Gamelan Selonding, Kare-kare Tenganan, Usaba Sumbu Timbrah, Usaba Dangsil Bungaya, Megibung, Terompong Beruk, Mesabat-sabatan Biu, Cakepung, Penting dan Usaba di Mel Selat. Sedangkan tahun 2020 ini Pemkab Karangasem sedang tahap verivikasi mengusulkan lima jenis karya budaya menjadi WBTBI, yakni Genjek, Seraman, Abuang Luh-Muani, Prasi dan Pemijilan Ida Bhatara Sakti Ngertha Gumi.
Penulis, I Komang Pasek Antara