KOMANG PASEK ANTARA

Senin, 25 November 2013

Ni Ketut Puspawati, Tenaga Kesehatan Gizi Teladan Nasional Bertugas di Tempat Terpencil, Mohon Bantuan Alat Transportasi



Meskipun  tinggal di wilayah daerah kering nan tandus di kaki Gunung Agung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, aktivitasnya tak sekering wilayah tempat tinggalnya. Sosok perempuan Ni Ketut Puspawati, SST, keseharian hidupnya melakoni  bidang kesehatan masyarakat. Pengabdiannya sebagai tenaga kesehatan gizi di Puskesmas Kubu II, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, itulah membuahkan hasil mengantarkan Puspawati melenggang menuju Istana Negara Jakarta menerima penghargaan tingkat nasional dari Pemerintah Indonesia sebagai Tenaga Kesehatan Gizi Teladan 2013. Sebelumnya tahun 2012 lalu, Puskesmas Kubu II juga menelorkan prestasi tingkat nasional Tenaga Kesehatan Masyarakat atas nama Ni Made Desy Suarmini.
            Puspawati, ibu murah senyum kelahiran di daerah lumbung beras, Tabanan, Bali, 1968 lalu. Bidang kesehatan yang digelutinya sudah 22 tahun sejak dia diangkat sebagai PNS. Pertama kali bertugas sebagai pengajar di SPAG (Sekolah Pembantu Ahli Gizi) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, kemudian pindah ke Puskesmas Kecamatan Kubu II.
            Berkat pengalaman dan ditunjang rasa keibuan dan kepedulian terhadap kondisi kesehatan masyarakatnyalah, Puspawati menucurahkan batin dan waktunya untuk melakukan sejumlah terobosan mengubah sikap masyarakat dan lingkungannya hidup sehat melalui peningkatkan penggunaan garam beryodium di masyarakat dengan mengajak kader posyandu menjual garam beryodium di Posyandu dan penanganan gizi buruk.     
            Keberhasilan sebagai teladan kesehatan, Puspawati sangat didukung oleh sang suami I Gede Sutisna yang juga satu profesi perawat kesehatan bertugas di Puskesmas yang sama.   Ditemui di tempat tugasnya di Puskesmas Kubu II, Puspawati didampingi sang suami menuturkan, penjualan garam beryodium di Posyandu oleh kader binaannya dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan advokasi dengan lembaga terkait, Camat, Prebekel, Ketua Yayasan Ekoturin dan Kelompok Dagang Kuba Tri Hita Yoga.
            Kepeduliannya yang tinggi, Puspawati rela dari sakunya sendiri memodali pembelian garamnya di sentra Kelompok Usaha Dagang Kuba Tri Hita Yoga”, selanjutnya dibawa ke Yayasan Ekoturin, salahsatu yayasan yang bergerak dibidang kesehatan, pendidikan dan pertanian. Kata Puspawati, kemudian Yayasan Ekoturin membantu membawakan garam tersebut sampai di Posyandu, karena menurut Puspawati, medan jalan di menuju Posyandu di wilayah Kecamatan Kubu rata-rata sulit jalan pebukitan penuh gumpalan batu-batu lahar bekas muntahan lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1963 lalu. Uang penjualannya dikumpulkan oleh Yayasan Ekoturin untuk dikembalikan kepada saya,” kata Puspawati. Karena rasa tanggungjawab kemanusiaan,  ia kerap harus berjalan kaki di bawah terik matahari hampir seharian penuh dari satu rumah ke rumah dalam satu desa, mengingat sulitnya medan, tidak bisa dilalui kendaraan, terpaksa keeseokan harinya baru bisa pulang. “Ya itulah pengalaman menarik membawa misi kemanusiaan”, katanya Puspawati senyum mengenang pengalamannya.
            Kepedulian kemanusiaan Puspawati bukan sebatas penggunaan garam beryodium, juga soal gizi buruk yang menimpa warga masyarakat Kubu. Strategi resep penanganan gizi buruk masyarakat yang dilakukannya bekerjasama dengan potensi lintas lembaga meliputi:  staf  Puskesmas Kubu II, bidan, dokter, klinik swasta, tenaga medis LSM (Yayasan Ekoturin) dan kader-kader Posyandu binaannya. Diawali dengan penemuan kasus-kasus kemudian dilanjutkan pembinaan menggandeng Tim Kabupaten dan Tim Provinsi.             Puspawati menuturkan pengalamnanya di lapangan,  masih sulitnya merujuk penderita gizi buruk untuk dirawat di rumah sakit. Cara lain dilakukannya, penanganan langsung kunjungan ke rumah-rumah penderita bersama-sama dengan dokter dan program-program kesehatan terkait, memberikan PMT pemulihan berupa F100 modifikasi.
            Keperihatinan naluri Puspawati seorang manusia yang keseharinnya menggeluti kesehatan, bila menemukan penderita gizi buruk yang disertai dengan penyakit penyerta atau kelaianan yang seharusnya sudah dirawat di rumah sakit tetapi penderita tidak mau, akhirnya meninggal. Sulitnya lagi, lanjut Puspawati ketika ada beberapa anak kurang gizi buruk yang pernah ditanganinya  diajak mengemis oleh ibunya dari satu kota ke kota lain, sulit terpantau. Ada juga anak gizi buruk yang diajak mengemis oleh ibunya bisa terpantau melalui kerjasama dengan petugas gizi lainnya yang ada di beberapa kota di Bali.
            Prestasi sebagai Tenaga Kesehatan Teladan Nasional tahun 2013, diawalinya dari kompetisi dari tingkat bawah meraih juara I dari tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi Bali.Tahun 2005 lalu, Pupawati pernah meraih juara III se-Bali dalam lomba yang sama.   Hasil jerih payahnya, buah manis prestasi teladan dipetik Puspawati. Hadiah dari Pemkab Karangasem berupa barang senilai 5 juta rupiah. Pemprov. Bali memberinya uang sejumlah 4 juta rupiah. Dari Bank Negara Indonesia mendapat kecipratan tabungan sejumlah 10 juta rupiah. Sebuah note book pemberian dari Kementerian Kesehatan RI.
            Yang menjadi kenangan sejarah  Puspawati selain menerima hadiah uang dan barang, mengikuti berbagai kegiatan serangkaian HUT Kemerdekaan RI ke-68 tahun 2013 di Jakarta selama 7 hari, diantaranya ramah-tamah dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pejabat tinggi negara dan bertemu dengan rekan-rekan seprofesi bidang kesehatan dari seluruh daerah di Indonesia.
            Hasil suka-duka pengalamannya di lapangan memberikan edukasi kesehatan, Puspawati berharap kepada pemerintah agar diberikan insentif seperti halnya diberikan kepada guru-guru di daerah terpencil, mengingat penderita gizi buruk biasanya rumahnya terpencil dan jauh di pegunungan. Juga, ia memohon kepada pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk memberikan pasilitas alat transportasi untuk memperlancar kunjungan ke wilayah-wilayah terpencil, mengingat wilayah kecamatan Kubu sebagian wilayahnya terpencil dan tersebar berjauhan. Tentu jangan sampai wilayahnya terkucil!
            Keberhasilan seorang Puspawati bukan hanya dirinya sendiri bidang kesehatan, juga berhasil mendidik putranya sematang wayang I Gede Wahyu Adi Pranata, berhasil  kuliah di Universitas Indonesia jurusan komputer, karena meraih juara dalam lomba Olimpiade.           
            Resep keberhasilan melayani masyarakat menuju prestasi? Sembari senyum ia melontarkan kunci 8-S: senyum, salam, sapa, sabar, syukur, sehat, semangat dan sopan.            Selatan berjuang semoga berhasil. -Komang Pasek Antara

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda