Ni Ketut Puspawati, Tenaga Kesehatan Gizi Teladan Nasional Bertugas di Tempat Terpencil, Mohon Bantuan Alat Transportasi
Meskipun tinggal di wilayah daerah
kering nan tandus di kaki Gunung
Agung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, aktivitasnya
tak sekering wilayah tempat tinggalnya. Sosok perempuan Ni Ketut Puspawati, SST,
keseharian hidupnya melakoni bidang
kesehatan masyarakat. Pengabdiannya sebagai tenaga kesehatan gizi di Puskesmas
Kubu II, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, itulah membuahkan hasil mengantarkan
Puspawati melenggang menuju Istana Negara Jakarta menerima penghargaan tingkat
nasional dari Pemerintah Indonesia sebagai Tenaga Kesehatan Gizi Teladan 2013.
Sebelumnya tahun 2012 lalu, Puskesmas Kubu II juga menelorkan prestasi tingkat
nasional Tenaga Kesehatan Masyarakat atas nama Ni Made Desy Suarmini.
Puspawati, ibu murah
senyum kelahiran di daerah lumbung beras, Tabanan, Bali, 1968 lalu. Bidang
kesehatan yang digelutinya sudah 22 tahun sejak dia diangkat sebagai PNS.
Pertama kali bertugas sebagai pengajar di SPAG (Sekolah Pembantu Ahli Gizi) di
Mataram, Nusa Tenggara Barat, kemudian pindah ke Puskesmas Kecamatan Kubu II.
Berkat pengalaman dan
ditunjang rasa keibuan dan kepedulian terhadap kondisi kesehatan
masyarakatnyalah, Puspawati menucurahkan batin dan waktunya untuk melakukan sejumlah
terobosan mengubah sikap masyarakat dan lingkungannya hidup sehat melalui peningkatkan penggunaan garam beryodium di masyarakat dengan mengajak
kader posyandu menjual garam beryodium di Posyandu dan penanganan gizi buruk.
Keberhasilan sebagai
teladan kesehatan, Puspawati sangat didukung oleh sang suami I Gede Sutisna yang
juga satu profesi perawat kesehatan bertugas di Puskesmas yang sama. Ditemui di tempat tugasnya di Puskesmas Kubu
II, Puspawati didampingi sang suami menuturkan, penjualan
garam beryodium di Posyandu oleh kader binaannya dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan advokasi dengan lembaga
terkait, Camat, Prebekel, Ketua Yayasan Ekoturin dan Kelompok
Dagang Kuba “Tri
Hita Yoga”.
Kepeduliannya yang
tinggi, Puspawati rela dari sakunya sendiri memodali pembelian garamnya di sentra Kelompok Usaha
Dagang Kuba “Tri
Hita Yoga”, selanjutnya dibawa ke Yayasan Ekoturin,
salahsatu yayasan yang bergerak dibidang kesehatan, pendidikan dan pertanian.
Kata Puspawati, kemudian
Yayasan Ekoturin membantu membawakan garam tersebut sampai di Posyandu, karena menurut Puspawati,
medan jalan
di menuju Posyandu di wilayah Kecamatan Kubu rata-rata sulit jalan pebukitan penuh gumpalan batu-batu lahar
bekas muntahan lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1963 lalu. “Uang
penjualannya dikumpulkan oleh Yayasan Ekoturin untuk dikembalikan kepada saya,” kata Puspawati. Karena rasa tanggungjawab kemanusiaan, ia kerap harus berjalan kaki di bawah terik
matahari hampir seharian penuh dari satu rumah ke rumah dalam satu desa,
mengingat sulitnya medan, tidak bisa dilalui kendaraan, terpaksa keeseokan
harinya baru bisa pulang. “Ya itulah pengalaman menarik membawa misi
kemanusiaan”, katanya Puspawati senyum mengenang pengalamannya.
Kepedulian kemanusiaan
Puspawati bukan sebatas penggunaan garam beryodium, juga soal gizi buruk yang
menimpa warga masyarakat Kubu. Strategi resep penanganan
gizi buruk masyarakat yang dilakukannya bekerjasama dengan potensi
lintas lembaga meliputi: staf Puskesmas Kubu II, bidan, dokter, klinik swasta, tenaga medis LSM (Yayasan
Ekoturin) dan kader-kader Posyandu binaannya. Diawali
dengan penemuan kasus-kasus kemudian dilanjutkan pembinaan menggandeng Tim Kabupaten dan Tim Provinsi. Puspawati menuturkan
pengalamnanya di lapangan, masih sulitnya merujuk
penderita gizi buruk untuk dirawat di rumah sakit. Cara lain dilakukannya,
penanganan langsung kunjungan ke rumah-rumah penderita
bersama-sama dengan dokter dan program-program kesehatan terkait, memberikan PMT pemulihan berupa F100
modifikasi.
Keperihatinan naluri Puspawati seorang manusia yang keseharinnya menggeluti kesehatan,
bila menemukan penderita gizi buruk yang disertai dengan
penyakit penyerta atau kelaianan yang seharusnya sudah dirawat di rumah sakit
tetapi penderita tidak mau, akhirnya meninggal. Sulitnya lagi, lanjut Puspawati ketika ada beberapa anak kurang gizi
buruk yang pernah ditanganinya diajak mengemis
oleh ibunya dari satu kota ke kota lain, sulit terpantau. Ada juga anak gizi
buruk yang diajak mengemis oleh ibunya bisa terpantau melalui kerjasama dengan
petugas gizi lainnya yang ada di beberapa kota di Bali.
Prestasi sebagai Tenaga Kesehatan Teladan
Nasional tahun 2013, diawalinya dari kompetisi dari tingkat bawah meraih juara
I dari tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi Bali.Tahun 2005 lalu, Pupawati
pernah meraih juara III se-Bali dalam lomba yang sama. Hasil jerih payahnya, buah manis prestasi teladan dipetik
Puspawati. Hadiah dari Pemkab Karangasem berupa barang senilai 5 juta
rupiah. Pemprov. Bali memberinya uang sejumlah 4 juta rupiah. Dari Bank
Negara Indonesia mendapat kecipratan
tabungan sejumlah 10 juta rupiah. Sebuah note book pemberian dari Kementerian Kesehatan RI.
Yang menjadi kenangan
sejarah Puspawati selain menerima hadiah
uang dan barang, mengikuti berbagai kegiatan serangkaian HUT Kemerdekaan RI
ke-68 tahun 2013 di Jakarta selama 7 hari, diantaranya ramah-tamah dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pejabat tinggi
negara dan bertemu dengan rekan-rekan seprofesi bidang kesehatan dari seluruh
daerah di Indonesia.
Hasil suka-duka
pengalamannya di lapangan memberikan edukasi kesehatan, Puspawati berharap
kepada pemerintah agar diberikan insentif
seperti halnya diberikan kepada guru-guru di daerah terpencil, mengingat penderita gizi
buruk biasanya rumahnya terpencil dan jauh di pegunungan. Juga, ia memohon kepada pemerintah atau
pihak-pihak terkait untuk memberikan pasilitas alat transportasi untuk
memperlancar kunjungan ke wilayah-wilayah terpencil, mengingat wilayah
kecamatan Kubu sebagian wilayahnya terpencil dan tersebar berjauhan. Tentu
jangan sampai wilayahnya terkucil!
Keberhasilan seorang
Puspawati bukan hanya dirinya sendiri bidang kesehatan, juga berhasil mendidik putranya
sematang wayang I Gede Wahyu Adi Pranata, berhasil kuliah di Universitas Indonesia jurusan komputer,
karena meraih juara dalam lomba Olimpiade.
Resep keberhasilan
melayani masyarakat menuju prestasi? Sembari senyum ia melontarkan kunci 8-S:
senyum, salam, sapa, sabar, syukur, sehat, semangat dan sopan. Selatan berjuang semoga
berhasil. -Komang Pasek Antara
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda